Terlebih lagi, orang-orang dari Bani Salamah terus menerus menyalahkannya karena absen dari perang sehingga membuat Rasulullah SAW kecewa.
Namun ketika di hari ke-50, turunlah surat At-Taubah ayat 117-119 yang berisi penerimaan tobat Ka’ab dan beberapa orang muslimin dari perang Tabuk.
Ayat ini menjadi landasan agar setiap muslim tidak mendiamkan seseorang dan segera memaafkan jika terdapat kesalahan.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat : 10 bahwa sejatinya seluruh orang-orang mukmin merupakan saudara seperti saudara dalam nasab.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaranya (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati."
Hal ini dikarenakan terdapat kesamaan unsur keimanan antar sesama muslim sehingga prinsip agama islam mengajarkan agar setiap muslim memiliki hubungan yang baik.
Allah SWT pun menekankan mengenai persaudaraan sesama muslim dalam QS. Al-Imran : 103.
“Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, kemudian Allah mempersatukan hatimu, lalu jadilah kalian orang-orang yang bersaudara, karena nikmat Allah.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagai gambaran bahwa muslim dengan muslim lainnya ialah ibarat satu tubuh.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka adalah bagaikan satu jasad, apabila satu anggota tubuh sakit maka seluruh badan akan susah tidur dan terasa panas.” HR. Muslim.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
BACA JUGA:Sejarah Masuknya Islam ke Bengkulu, Begini Asal Mulanya
“Setan (Iblis) telah putus asa untuk disembah oleh orang yang rajin shalat di Jazirah Arab.
Namun dia selalu berusaha untuk memicu permusuhan dan kebencian.” (HR. Muslim 2812 dan Ibn Hibban 5941).
Hadits ini bercerita mengenai keputusasaan setan ketika mellihat kaum muslimin telah semakin menguat dan bersinar di negeri Arab.