Keputusan untuk membuka toko miras di Arab Saudi telah menciptakan pembicaraan hangat dan perdebatan di seluruh masyarakat.
Para pendukung melihatnya sebagai langkah maju menuju liberalisasi dan modernisasi, yang konsisten dengan tujuan Visi 2030.
BACA JUGA:Arab Legalkan Alkohol, Terbukti Buka Pabrik di Abu Dhabi, Apa yang Terjadi?
BACA JUGA:Info Haji! Arab Saudi Anjurkan Jemaah Gunakan Masker, Di Palembang JCH Dihimbau Vaksin Covid
Mereka berpendapat bahwa kebijakan ini akan memberikan kebebasan pribadi yang lebih besar kepada warga negara, menciptakan lingkungan yang lebih terbuka, dan memperluas pilihan hiburan.
Ada juga kelompok yang menentang keras keputusan ini.
Mereka merasa bahwa membuka toko miras dapat mengancam nilai-nilai tradisional dan agama Islam yang telah menjadi bagian penting dari identitas Arab Saudi.
Polemik antara pendukung dan penentang menciptakan ketegangan sosial, dan pemerintah harus mengelola dampak ini dengan bijak.
Sektor ekonomi adalah salah satu fokus utama dari Visi 2030, dan pembukaan toko miras di Arab Saudi diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan pada pertumbuhan ekonomi.
Penjualan alkohol dapat menjadi sumber pendapatan yang substansial bagi pemerintah, memberikan pajak dan memacu sektor perhotelan dan restoran.
Sementara itu, kehadiran toko miras dapat menarik wisatawan internasional yang sebelumnya mungkin enggan berkunjung ke negara tersebut karena pembatasan konsumsi alkohol.
Dengan demikian, pembukaan toko miras dapat menjadi dorongan penting bagi sektor pariwisata, menciptakan lapangan kerja baru dan diversifikasi ekonomi.
Meski keputusan untuk membuka toko miras menciptakan peluang ekonomi dan menandai perubahan dalam paradigma sosial, pemerintah Arab Saudi harus mengelola proses ini dengan bijak.
Memahami dan menghormati nilai-nilai budaya dan agama yang tetap menjadi pondasi masyarakat Saudi memanglah penting.