BACAKORAN.CO - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia, baru-baru ini menjadi sorotan publik karena pernyataannya yang menanggapi kritik dari para akademisi terhadap pemerintah Jokowi.
Namun, di balik pernyataan tersebut, muncul dugaan bahwa ini merupakan bagian dari skenario lama.
Sejumlah pihak berpendapat bahwa pernyataan Bahlil, yang mengindikasikan adanya pihak yang mendapat keuntungan dari gerakan kritik akademisi, adalah bagian dari skenario yang telah dirancang sebelumnya.
Setelah mendiskreditkan para akademisi, diperkirakan akan ada upaya untuk menyingkirkan siapa pun yang kritis terhadap pemerintah.
BACA JUGA:Rektor UGM Hormati Petisi Bulaksumur, Tapi Tak Ikut Kritik Jokowi
Prof Sukri Tamma, seorang akademisi dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, mengatakan bahwa hal ini bisa saja terjadi, mengingat pernyataan tajam dari para akademisi.
Menurutnya, ada dugaan bahwa gerakan ini ditunggangi oleh kepentingan tertentu dan tidak dianggap sebagai kegiatan murni.
Dia juga menambahkan bahwa pihak-pihak seperti Bahlil yang mencoba menerapkan skenario lama ini tampaknya alergi terhadap kritik.
Pengamat Kebijakan Publik, Gigin Praginanto, juga menyatakan bahwa dia sangat memahami skenario di balik pernyataan Menteri Investasi Indonesia itu.
Menurutnya, setelah mendiskreditkan para akademisi, akan disusul dengan penyingkiran siapa pun yang kritis terhadap pemerintah.
BACA JUGA:Polisi Dituding Intervensi Akademisi yang Kritik Jokowi, Ini Kata Mabes
Dia berpendapat bahwa apa yang coba ditunjukkan Bahlil di depan publik Indonesia adalah lagu lama.
Bahlil sendiri belum lama ini menyatakan keyakinannya bahwa ada skenario di balik kritikan yang dilontarkan oleh sejumlah akademisi terhadap pemerintahan Presiden Jokowi.
Meskipun tidak menjelaskan secara rinci skenario apa yang dimaksud, Bahlil menekankan bahwa setiap persepsi atau komentar harus didasarkan pada fakta dan bukti yang kuat, serta memiliki landasan hukum yang jelas.
Dalam konteks ini, suara kritis dari para akademisi dapat dilihat sebagai upaya untuk memperbaiki jalannya demokrasi di Indonesia.
BACA JUGA:Kampus Bergerak, Kritik Keras Jokowi yang Tidak Netral, Minta Agar Kembali ke Koridor Demokrasi
Namun, suara-suara yang berbeda ini seringkali dilihat sebagai sesuatu yang berbeda dan yang negatif seringkali diabaikan atau bahkan dibungkam.
Dengan demikian, pernyataan dan reaksi terhadap kritik akademisi ini menunjukkan dinamika yang kompleks antara pemerintah, akademisi, dan publik dalam konteks demokrasi di Indonesia.
Ini juga menunjukkan pentingnya ruang bagi suara kritis dalam masyarakat untuk memastikan jalannya demokrasi yang sehat dan dinamis.