BACAKORAN.CO - Pemilu presiden (pilpres) RI mendapat sorotan dari media asing. Tidak hanya soal para capres atau survei, tapi juga soal film “Dirty Vote” yang mengungkap dugaan kecurangan pemilu.
Film yang disutradarai oleh Dandhy Laksono ini viral di media sosial dan ditonton jutaan orang dalam sehari.
Film ini menuduh bahwa Presiden Joko Widodo atau Jokowi menggunakan sumber daya negara untuk mendukung menteri pertahanannya, Prabowo Subianto, yang menjadi calon presiden nomor urut dua.
Film ini juga menuduh Jokowi memanipulasi persyaratan kelayakan untuk menjadikan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presiden Prabowo.
BACA JUGA:Bongkar Kecurangan Pemilu 2024, Film Dirty Vote Dituduh Fitnah oleh Prabowo-Gibran
Selain itu, film ini menuding Jokowi meningkatkan bantuan kesejahteraan menjelang pemungutan suara, yang secara diam-diam mendorong calon presiden tersebut, yang telah berkampanye untuk melanjutkan kebijakan presiden.
Film ini disutradarai oleh Dandhy Laksono, seorang jurnalis investigatif terkenal, dan dapat ditonton secara gratis di YouTube.
Media asing seperti AFP dan Straits Times dari Singapura memberitakan bagaimana film ini menjadi tren global dengan mencatat lebih dari setengah juta tweet di Twitter.
BACA JUGA:Sinopsis Film Dokumenter Dirty Vote: Desain Kecurangan Pemilu 2024, Diungkap oleh Para Ahli Hukum!
Namun, media asing seperti AFP tidak dapat memverifikasi klaim film ini secara independen. Film ini mendapat reaksi yang beragam dari berbagai pihak.
Tim kampanye Prabowo Subianto menyebutnya sebagai fitnah dan narasi kebencian, sementara pembuat film dan beberapa pihak lainnya memandangnya sebagai bentuk pendidikan politik yang penting.
Ada juga reaksi dari pihak-pihak lain, seperti pasangan Anies yang membagikan tautan film tersebut di media sosial mereka.
Film ini juga menarik perhatian karena pembuatnya sebelumnya telah membuat film-film dokumenter yang mengkritik pemerintah, seperti “Sexy Killers 2019” yang menyoroti kolusi antara lembaga politik dan industri pertambangan batu bara.
Dilaporkan pula bahwa rilis film ini telah memicu demonstrasi, dengan beberapa pihak menyerukan agar semua pihak tetap netral dalam proses pemilihan presiden.