Selain itu, lonjakan harga beras juga dapat berdampak pada stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
Kenaikan harga komoditas pangan, termasuk beras, dapat memicu inflasi dan mengganggu stabilitas harga secara umum.
Hal ini dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
BACA JUGA:Stok Beras Aman! Daerah Ini Siap Sambut Panen Raya di Lahan Seluas 81 Ribu Hektar Bulan Depan
Upaya Penanggulangan dan Harapan ke Depan
Meskipun situasi ini menimbulkan keprihatinan, Ketut menyampaikan bahwa pemerintah telah melakukan langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini.
Dengan mengacu pada data Kerangka Sampel Area (KSA) BPS, diprediksi bahwa produksi padi masih akan kurang dari kebutuhan pada bulan Januari-Februari 2024.
Namun, di bulan Maret, diproyeksikan akan terjadi surplus produksi beras sekitar 3,5 juta ton.
Harapan akan terjadi surplus produksi beras ini memberikan optimisme bahwa harga beras akan kembali stabil atau bahkan mengalami penurunan.
Koordinasi antara pemerintah, petani, dan pemangku kepentingan lainnya juga diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ini.
Dampak pada Harga Gabah dan Faktor Penyebabnya
Tidak hanya harga beras yang terpengaruh, tetapi juga harga gabah mengalami kenaikan.
Harga Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG) saat ini mencapai tingkat yang tinggi.
Faktor yang menyebabkan kenaikan harga gabah antara lain adalah produksi yang terkoreksi akibat gangguan iklim dan kenaikan biaya produksi seperti sewa lahan yang naik.
Selain itu, kondisi ini diperparah oleh kenaikan harga pupuk akibat perang di Ukraina.