BACAKORAN.CO - Sebuah tragedi mengerikan terjadi di sebuah pondok pesantren (ponpes) di Kabupaten Tebo, Jambi.
Seorang santri berusia 13 tahun, AH, ditemukan meninggal dalam keadaan yang mencurigakan.
AH diduga menjadi korban penganiayaan.
Kematian AH bukanlah kematian biasa.
BACA JUGA:Motor Dinas Kepala Sekolah di Dipakai Jambret Antar Provinsi, Siapa Pelakunya?
Ia ditemukan meninggal pada malam Selasa, 14 November 2023, di tempat ia menuntut ilmu.
Meski sudah berbulan-bulan berlalu, orang tuanya masih merasa ada yang tidak beres dengan kematian putranya.
Terulang kembali seorang santri (13 thn) meninggal tidak wajar, diduga korban penganiayaan ????????
— ???????????????????????????????????? (@Little_secret9) March 15, 2024
"Giginya retak, mulutnya berdarah, di kaki ada luka melepuh seperti tersulut api" ujar ayah korban ????
Sc ig sumbarkita .id pic.twitter.com/xAbd5ml95s
Orang tua AH, Salim Harahap, merasa ada banyak kejanggalan atas kematian putranya.
Ia menerima kabar duka itu bukan dari pihak pondok pesantren, melainkan dari tetangganya melalui pesan Whatsapp.
BACA JUGA:Astagfirullah! Bayi Baru Lahir Dibuang Ibunya ke Dalam Sumur, Suami Lapor Polisi
Ketika mencoba mencari informasi lebih lanjut ke pihak pondok pesantren, tidak ada balasan dari guru tempat putranya menuntut ilmu.
Pada pukul 22.00 WIB, jenazah AH dibawa oleh pihak pondok pesantren Raudhatul Mujawwidin ke simpang tower Desa Muara Kills.
Salim, yang merasa tidak terima, membawa jenazah putranya ke RSUD Sultan Thaha Syaifudin untuk dilakukan visum.
Hasil visum menunjukkan adanya luka bekas penganiayaan pada tubuh AH.
“Luka pada bagian bibir dan mengeluarkan darah dari mulut dan di siku tangan kanan terdapat luka kemudian terdapat luka melepuh di bagian jari tangan dan kaki dan setelah dimiringkan badan jenazah kemudian mengeluarkan air seni,” ungkap Salim.