BACAKORAN.CO -- Pemandangan memilukan ketika peternak kerbau di Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan hanya bisa memandangi puluhan kerbaunya mati mendadak.
Peternak hanya bisa memandangi detik-detik kerbaunya menggelepar di kubangan lumpur dan beberapa saat kemudian kaku tak bergerak.
Mereka tak berani mendekat apalagi memberikan pertolongan. Hewan ternak yang satu ekor harganya bisa mencapai 20 hingga 30 juta rupiah itu mati mendadak diduga terserang penyakit Septiceimia Epizootica (SE) atau penyakit ngorok.
BACA JUGA:Belum Tuntas Kasus Ratusan Kerbau Mati Mendadak, Kini Peternak Diminta Waspadai Antraks
BACA JUGA:Kocak! Kerbau ini Terekam Mengintip Rumah Tetangga, Warganet Pinjem Dulu Seratus
Data dari Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten OKI, kerbau yang matimendadak itu jumlahnya sudah mencapai ratusan ekor.
Hingga 13 April 2024, sudah 431 ekor kerbau milik peternak di Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir yang mati mendadak.
Penyakit ngorok menjadi salah satu penyakit yang mengakibatkan kerugian ekonomi bagi peternak.
Biasanya penyakit ini menyerang hewan ternak sapi dan kerbau yang sifatnya akut bahkan sampai fatal. Penyakit ini sering terjadi terutama saat musim hujan tiba.
BACA JUGA:Waspada! 7 Penyakit yang Sering Terjadi Setelah Lebaran, Apa Saja?
BACA JUGA:Usai Pemilu Tak Ada Parpol dan Pejabat yang 'Peduli Banjir'
Akibat kejadian ini, peternak kerbau di Pampangan OKI mengalami kerugian hingga ratusan juta hingga miliaran rupiah. Pasalnya hewan yang terserang penyakit tersebut dalam waktu singkat akan mati dan petani tak berani menyembelih dan menjualnya.
Bahkan tidak sedikit kerbau yang mati mendadak di padang rumput atau rawa-rawa tak di ketahui oleh pemiliknya. Kerbau-kerbau itupun menjadi bangkai dan dibiarkan membusuk.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan OKI, Dedy Kurniawan mengatakan, berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan klinis pada kerbau, menunjukkan gejala penyakit Septiceimia Epizootica (SE).
Terkait adanya kematian kerbau pasca vaksinasi, tambah Dedy bisa dipengaruhi karena ternak kerbau sudah terjangkit kuman SE, namun tampak sehat dan tidak menunjukkan gejala sakit.
BACA JUGA:Viral! Pria Asal Gresik Hilang Konsentrasi Saat Berkendara Berujung Meninggal Dunia, Kok Bisa?
" Faktor pembentukan kekebalan tubuh yang belum sempurna karena baru vaksin pertama,"jelasnya Minggu 14 April 2024.
Kemudian faktor pemindahan dan lalu lintas dari zona tertular ke zona steril cukup intens, serta faktor adanya investasi parasit darah.
Menurutnya Tim di lapangan masih terus melakukan pengobatan. Petugas hanya libur pada Rabu 10 April 2024 atau saat Hari Raya Idulfitri. "Sekarang kita sedang di kandang ternak kerbau Desa Deling,"katanya.
Dia menguraikan, dari data sementara petugas lapangan, kerbau mati mendadak sudah terjadi sejak Maret 2024. Pada 16 Maret 2024 tercatat sebanyak 4 ekor kerbau suspek SE di Desa Bukit Batu Kecamatan Air Sugihan, hasil nekropsi tim dokter Puskeswan Pampangan.
BACA JUGA:5 HP Infinix di Harga 1 Jutaan, Spesifikasi Gahar dengan Desain Mewah Siap Saingi Brand Mahal!
BACA JUGA:4 Alasan Wajib Konsumsi Buah Manggis Untuk Asam Lambung Biar Cepat Sehat, Yuk Simak!
Kemudian pada 28 Maret kematian 192 ekor kerbau di Dusun Sungai Rasau Desa Riding Kecamatan Pangkalan Lampam.
Selanjutnya pada 1 April kematian 180 ekor di Dusun Rengas Potong delapan ekor di Dusun Rengas Abang, 4 ekor di Dusun Sungai Setanjung, 15 ekor di Dusun Sungai Damping Desa Riding Kecamatan Pangkalan Lampam.
Selanjutnya pada 3 April kematian 7 ekor kerbau di Desa Semudin Kecamatan Jejawi dan pada 6 April kematian 12 ekor kerbau di Dusun Lebak Simpenan, empat ekor di Dusun Penyajab Desa Riding.