Faktor lain yang dipertimbangkan oleh BI adalah inflasi global yang masih tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang kuat di Amerika Serikat (AS).
BACA JUGA:Bos The Fed Sinyalkan Penurunan Suku Bunga, Bagaimana Nasib Rupiah?
BACA JUGA:Ada Sinyal Penurunan Suku Bunga The Fed, Harga Emas Pecah Rekor Lagi!
Kondisi yang mendorong spekulasi terhadap penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih kecil dan lebih lama dari prediksi sebelumnya (high for longer).
Sejalan dengan pernyataan pejabat bank sentral.
Perkembangan ini, bersama dengan kebutuhan utang yang besar di AS, telah menyebabkan terus meningkatnya yield US Treasury dan penguatan dolar AS secara global.
Penguatan dolar AS juga dipicu oleh pelemahan beberapa mata uang dunia seperti yen Jepang dan yuan China.
BACA JUGA:Kabar Terbaru Penurunan Suku Bunga AS Maret 2024, Begini Pernyataan Bos The Fed!
BACA JUGA:5 Bank Dengan Suku Bunga Deposito Tertinggi di Indonesia, Bisa Sampai 8 Persen, Apa Aja?
Ketidakpastian di pasar keuangan global semakin diperparah oleh eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Dampak dari kondisi tersebut adalah investor global memindahkan portofolio mereka ke aset yang lebih aman, terutama dolar AS dan emas.
Sehingga menyebabkan keluarnya modal dari negara-negara berkembang dan melemahnya nilai tukar mata uang mereka.
Ke depan, kata Perry, BI akan terus memantau risiko terkait arah penurunan FFR dan dinamika ketegangan geopolitik global karena dapat memengaruhi ketidakpastian di pasar keuangan global, tekanan inflasi yang meningkat, dan prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang menurun.
BACA JUGA:Sentimen Suku Bunga Pengaruhi Nasib Rupiah di Awal Pekan, Perkasa atau Lanjut Tak Berdaya?
BACA JUGA:Tok! Suku Bunga Acuan Ditahan Lima Bulan Berturut, Ini Penjelasan Bos BI
Kondisi ini, terangnya, memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk meredam dampak negatif dari penyebaran ketidakpastian global terhadap perekonomian di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia," tukasnya.