Pemain Thomas Indonesia Beberkan Penyebab Kekalahan Atas China, 8 Kali Jadi Runner Up

Senin 06 May 2024 - 12:40 WIB
Reporter : Kumaidi
Editor : Kumaidi

"Dari awal memang sampai pertandingan selesai, saya tidak bisa keluar dari tekanan Shi Yu Qi. Cara mengatasi kondisi di lapangan juga tadi saya tidak menemukan yang tepat. Saya sudah mencoba," jelas Ginting.

Setali tiga uang dengan Muhammad Rian Ardianto. Ganda putra Indonesia pasangan Fajar Alfian ini mengakui bahwa lawannya lebih bagus. Dia sempat berhadapan dengan mereka tiga kali dan hasilnya sama, sempat unggul tapi kemudian takluk di akhir laga. 

BACA JUGA:Peringkat Jojo Masuk 5 Besar, Ginting Naik 1 Tingkat Usai All England Open 2024, Bagaimana Yang Lain?

"Mereka lebih berani dan lebih cerdik dalam mendapatkan poin-poin ketika posisinya sedang kejar-kejaran, lalu ketika sudah unggul mereka balik mengontrol pertandingan," ujar Rian.

Fajar menambahkan bahwa pasangan Liang/Wang pertahanannya sangat luar biasa. Beberapa kali harusnya bisa mendapatkan poin tapi mereka bisa membalikkan.

"Selain itu, servis dan pengembalian servisnya sangat yakin dan berani. Wang Chang memang bisa mengubah ritme permainan di poin-poin kritis. Kadang-kadang pelan, kadang-kadang cepat dan lawan sering sulit mengantisipasi," terang Fajar.

Bagas juga alami hal yang sama. Menurutnya, lawan bermain sangat cepat. Pihaknya kesulitan mengimbangi drive-drive mereka. 


Jojo sempat menghidupkan kans Indonesia juara Thomas Cup di China.-pbsi-

"Pasangan China bermain sangat cepat, kami tidak bisa mengimbangi drive-drive mereka padahal sudah coba mengadu. Banyak mengangkat bola pun bukan pilihan yang tepat," jelas Bagas.

"Kecewa pastinya karena kami belum berhasil upgrade medali dari dua tahun lalu," lanjutnya.

BACA JUGA:Selamat! Jojo Juara Tunggal Putra All England Open 2024, Akhiri Puasa Gelar 30 Tahun

Kata Muhammad Shohibul Fikri, usaha keras sudah dilakukan untuk imbangi permainan pasangan China. Tapi memang semua usaha tidak membuahkan hasil karena kesulitan keluar dari tekanan.

"Semua tim dan kami juga sudah berusaha menyusul ketertinggalan hanya memang belum bisa keluar dari tekanan. Ini menjadi pelajaran berharga dan pengalaman karena kami baru pertama kali turun di final Piala Thomas," terangnya.

"Kami coba serileks mungkin saat masuk lapangan, main saja seperti biasa. Menampilkan yang terbaik. Tetapi lawan juga turun dengan keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi," ucapnya.

Sementara itu, tunggal putra Jonatan Christie mengakui bahwa menghidupkan kembali peluang juara tidak mudah. Apalagi saat dia main, Indonesia sudah tertinggal 0-2. 

BACA JUGA:Indonesia Berpeluang Borong 2 Gelar di All England Open, Ini Perjalanan Jojo, Ginting, dan Fajar/Rian ke Final

Kategori :