BACAKORAN.CO - Banyak guru honorer yang khawatir dengan nasib mereka karena adanya cleansing atau bersih-bersih guru honorer.
Pengamat Pendidikan Darmaningtyas menilai, kebijakan cleansing, baginya pemecatan masal adalah tindakan ngawur dan tidak berperikemanusiaan.
"Itu (cleansing) jelas tindakan yang ngawur, tidak berperikemanusiaan, tidak pakai otak," kata Darmaningtyas.
Terlebih prosesnya dilakukan secara mendadak tanpa ada pemberitahuan kepada guru honorer sebelumnya.
BACA JUGA:Kecelakaan Maut di Tol Boyolali! Minibus Isuzu Elf Ternyata Bawa Rombongan Guru SD Darul Falah...
"Harusnya cleansing itu ya dilakukan di akhir tahun ajaran sehingga para guru sudah tau kalau di tahun ajaran baru mereka tidak ada jam mengajar lagi," lanjutnya.
"Tapi kalau itu dilakukan di awal tahun ajaran dan secara tiba-tiba, jelas tidak berperikemanusiaan," sambung dia.
Darmaningtyas pun meminta agar para pengambil kebijakan berpikir logis serta membayangkan apabila kebijakan serupa menimpa diri mereka.
Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Iman Zanatul Haeri mengatakan ratusan guru honerer di DKI Jakarta diputus kontraknya secara sepihak.
BACA JUGA:Pj Gubernur Elen Setiadi Hadiri Pelantikan Pengurus Ikatan Masyarakat Sumsel di Jakarta
Hal tersebut dilakukan dengan dalih adanya cleansing guru honorer, Iman menyatakan, per Selasa 16 Juli 2024, ada total 107 guru honorer yang telah dipecat.
Menurut Iman, pemberitahuan cleansing guru honorer itu dibagikan dalam bentuk formulir pada 5 Juli 2024.
Adapun kala itu merupakan minggu pertama masuk sekolah negeri tahun ajaran 2024/2025 di Jakarta.
"Para guru honorer mendapatkan pesan honor, yaitu bahwa mereka sejak hari pertama masuk menjadi hari terakhir berada di sekolah. Selain itu, kepala sekolah mengirimkan formulir cleansing guru Honorer kepada para guru honorer agar mereka isi," ungkap Iman.