Suatu pagi di tahun 1952, Bung Tomo datang ke Istana untuk meminta klarifikasi dari Bung Karno tentang kabar tersebut.
Konfrontasi ini berlangsung panas, hingga Bung Tomo berani menegur Soekarno soal etika dan norma dalam masyarakat Jawa.
Pertengkaran ini memperlihatkan bahwa bahkan di antara para pahlawan, Soekarno tidak selalu dipandang sebagai sosok yang sempurna.
6. Hiperinflasi 600%
Menjelang akhir masa kepemimpinan Soekarno, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang parah.
Hiperinflasi mencapai 600% pada tahun 1965, yang membuat rakyat semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kebijakan Soekarno untuk mencetak uang secara besar-besaran guna membiayai proyek-proyek megah seperti pembangunan Monas tanpa perhitungan ekonomi yang matang, memperburuk keadaan.
Ditambah lagi, Indonesia terisolasi dari bantuan internasional setelah Soekarno keluar dari keanggotaan PBB dan menolak bantuan dari negara-negara barat.
7. Pembubaran DPR Hasil Pemilu 1955
Pemilu 1955 sering disebut sebagai pemilu paling demokratis yang pernah dilaksanakan di Indonesia.
Namun, hasil pemilu ini tidak bertahan lama.
Ketika DPR terpilih menolak RAPBN yang diajukan oleh pemerintah.
Soekarno secara sepihak membubarkan lembaga legislatif tersebut.
Sebagai gantinya, ia membentuk DPR Gotong Royong, di mana seluruh anggotanya diangkat langsung oleh presiden.
Tindakan ini dianggap sebagai langkah otoriter yang menghilangkan hak rakyat untuk memilih wakil-wakilnya secara demokratis.
Tak bisa dipungkiri, Bung Karno adalah sosok yang monumental dalam sejarah Indonesia.