"Terus ujung-ujungnya pinjol pakai data saya. Data dia kan udah blacklist, nggak bisa minjem kalau sudah blacklist. Terus data saya yang dipakai jadi debt collector nyarinya saya," sambungnya.
Nani pun geram akan ulah suaminya itu. Pada akhirnya ia dan suami memutuskan untuk berpisah.
"Sampai akhirnya kami pisah. Terakhir dia minta video call sama anak. Anak kan udah bisa ngomong. 'Papa, susu Dede abis'. 'Tunggu Papa pulang'. Masa susunya habis sekarang, nunggu pulangnya kapan tau, gitu," ucapnya.
Saat ini, Nani bergabung menjadi kader jumantik di wilayahnya. Ia pun bersyukur bisa membesarkan anaknya dari hasil keringat sendiri.
BACA JUGA:2 Tersangka Baru Kasus Judi Online Terungkap, Libatkan Oknum Pegawai Komdigi
"Saya kebetulan kader jumantik. Alhamdulillah, kebantu buat jajan anak. Ya sekarang nguli-nguli aja gitu bantu-bantu kerjaan tetangga, yang penting halal. Saya nggak malu. Alhamdulillah masih bersyukur. Judi itu memang jahat," imbuhnya.
Menanggapi semua cerita ibu-ibu itu, Meutya Hafid tak menyangka bahwa imbas kecanduan judi online itu sangat buruk bagi keutuhan keluarga.
"Terima kasih Bu Nur, terima kasih Bu Nani buat inspirasi yang diberikan. Saya tuh baru pertama kali ini dengar testimoni seperti ini dan nggak nyangka seburuk itu. This is heartbreaking. Ini luar biasa," kata Meutya.
"Mereka nggak terlalu berteriak. Mereka nggak bergaum. Tapi cerita-cerita tadi yang menurut saya akan bergaum. Angka saja itu cuma rasional. Tapi kita butuh sentuh sisi emosional dengan cerita-cerita tadi. Dan menurut saya itu empowering sekali menurut saya," pungkasnya.