Diceritakan, seluruh energinya saat muda dikerahkan untuk Jawa Pos.
Ia pun mengaku sempat bahagia ketika banyak yang mengakui jika dirinya lah membuat Jawa Pos dari perusahaan yang begitu kecil dan miskin menjadi raksasa media dengan kekayaan bertriliun-triliun rupiah.
Meski sebenarnya itu merupakan hasil kerja kerasnya bersama seluruh karyawan saat itu.
BACA JUGA:Update Kasus Korupsi Chromebook, Kejagung Periksa 7 Saksi di 'Lingkaran' Nadiem Makarim
Terutama karyawan yang hebat-hebat.
Saat itu, demi membangun Jawa Pos, dirinya bekerja rata-rata 16 jam sehari selama berpuluh tahun.
Tak jarang ia bekerja hingga pukul 02.00.
Setelah itu pun sering masih harus keliling ke agen-agen.
BACA JUGA:Dirombak Total! Inilah Susunan Direksi Pertamina International Shipping, Intip Rekam Jejaknya
BACA JUGA:Pegawai Kemenlu Ditemukan Tewas di Kamar Kosan, Kepala Dilakban: Ini Fakta Terbarunya
Mulai urusan manajemen, urusan mengedit berita hingga percetakan.
Kondisi kesehatannya pun menurun hingga akhirnya terkena sakit liver dan harus menjalani operasi ganti hati di Tianjin.
Dalam posisi Jawa Pos yang sudah kaya raya, ia mendapat tugas negara mengatasi krisis listrik di Indonesia saat ditunjuk jadi dirut PLN di tahun 2009.
Sesuai aturan, sebagai dirut BUMN, ia tidak boleh merangkap jabatan di swasta.
BACA JUGA:Petugas Satpol PP Tangsel Terlibat Jaringan Pangan Kadaluwarsa, Ratusan Produk Disita!