Bagaimana Mendidik Anak yang Sudah Dewasa Agar Menurut? Ini Kata Ustadz Adi Hidayat

Ustad Adi Hidayat Contohkan Kisah Nabi Ibrahim Dalam Mendidik Anak--

BACAKORAN.CO – Mendidik anak yang sudah dewasa bukan perkara mudah. Terlebih jika sejak kecil, orang tua kurang memberi perhatian terhadap mereka.

Namun bagaimanapun juga, tanggungjawab mendidik anak ada di pundak orng tua.
Hal itu akan dipertanggungjawabkan di akherat kelak.

Ustad Adi Hidayat, yang dikutip dari dalam dakwahnya memberikan tuntutunan bagaimana cara mendidik anak yag sudah dewasa agar menurut pada orang tua. Hal itu ia sampaikan menjawab pertanyaan dari salah satu jamaahnya.

Bagaimana mendidik anak yang saat ini sudah dewasa dan sulit dinasehati karena kita kurang mendidiknya di saat mereka kecil?

BACA JUGA:Pengunduran Diri Ketua KONI Berdampak Pada Pencairan Dana Talangan Porprov

Apakah kalau anak-anak sudah menikah (orang tua masih) mempunyai tanggung jawab untuk mendidiknya?
Begitu dua bunyi pertanyaan tersebut.

“Coba istighfar dulu,  mungkin selama ini anda yang kurang perhatian kepada anak,”ujar Ustad Adi Hidayat.

“Saya pernah sampaikan kisah Nabi Ibrahim,  Bagaimana seorang Ismail Alaihissalam yang baru tumbuh Usia 4-5 tahun belum baligh. Melihat bapaknya sedang bekerja atas perintah Allah bergetar hatinya tersentuh untuk menolong bapaknya,  walaupun ayahnya enggak minta,"katanya.



وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

BACA JUGA:Review Film Ice Cold : Murder, Coffee and Jessica Wongso di Netflix Hingga Dibanjiri Tagar Justice For Jessica

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".  (Al-Baqarah ayat 127.

“Ungkapan bahasa Arab kalau ada dua subjek, mengerjakan satu pekerjaan,  subjeknya disebutkan langsung di depan,  maka ini menunjukkan porsi pekerjaannya sama sebanding,”jelasnya.

“Tapi kalau ada satu disebutkan di depan yang kedua di akhirkan,  ini menunjukkan bahwa yang kedua ini sekedar membantu yang pertama saja, tidak sebanding porsinya,”urainya.

Lebih lanjut dia menjelasakn makna ayat tersebut. “Tahukah Anda saat ayat itu disampaikan kisah kepada kita ingin mengisahkan, bagaimana seorang Ibrahim alaihissalam menerima tugas meninggikan bangunan Ka'bah dikerjakan dengan segera,”katanya.

BACA JUGA:Bangga Karya Anak Bangsa, Mendukung lndustri Lokal, Epson Tingkatkan Jumlah Produk yang Bersertifikat TKDN


“Saat akan membangunnya, qadar ullah anaknya datang melihat bapaknya bekerja dia ingin menolongnya. Perhatikan, bukan dinasehati bukan diminta,  tapi anak tergerak untuk menolong Bapaknya,”jelasnya.

“Intinya ada sentuhan dari anak melihat Bapak bekerja dia ingin membantu,”imbuhnya

Kisah keduanya kata ustad Adi Hidayat lebih dahsyat Quran  surah 37 ayat 102 


فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

 

BACA JUGA:Hai Mom, Kenali Gejala Awal Menopause, Jangan Sampai Menyesal di Kemudian Hari


Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

Dia mulai dewasa,  sudah mulai nalarnya matang,  apa yang terjadi. Bapaknya melihat dalam mimpi menyembelih anaknya. “Ini kisahnya , berbagi bapak dengan anak, tuker pikiran. “Bagaimana pendapat anda, pendapat anda bagus. Garis bawahi,”katanya.

Lebih lanjut Ustad Adi Hidayat mengatakan bahwa mimpi nabi dan rasul itu pasti wahyu. Kalau sifatnya wahyu harus segera dilakukan.

“Ibrahim bisa mengatakan Begini,  Nak siap-siap ya, (kamu) mau disembelih.  Kenapa tidak dikatakan, ada hikmah di situ,”katanya.

BACA JUGA:Sejarah Marathon, Dari Perang Yunani Kuno Hingga Jadi Ajang Olahrga Lari Dunia

Medengar cerita itu, Ismail bukan protes bukan marah tapi meyakinkan dan menguatkan ayahandanya.”

“Lihat kalimatnya,  ya Abati, demi sayang dan hormat nanda pada Papa, kerjakan sekarang yang diperintahkan Allah,  Ayah pasti dapat di Saya seorang yang sabar,”tuturnya.

Ustad Adi Hidayat mengungkapkan,  ada tiga peristiwa besar terjadi saat Ismail akan disembelih.  Pertama kata dia ketika Ismail mulai diikat,  ikatan mulai terasa longgar,  Ismail meminta Ayahandanya untuk  tolong kencangkan ikatan.

“(Kata Ismail) Ini supaya nanti saat saya akan disembelih tidak merontak saya dan tidak membuat Ayah iba dan tidak jadi menyembelih saya,”jelasnya.

BACA JUGA:Viral di Medsos Prajurit TNI dalam Video Berangkat ke Palestina Inilah Fakta di Balik Rekaman

Kedua,  Ismail meminta Ayahandanya untuk tajamkan pisau itu untuk mempercepat proses penyembelihan dan mengurangi sakit.

“Ketiga, ini yang hebat ternyata beliau sudah melipat pakaiannya, pakaian luarnya.  Lihat beliau katakan duhai Ayahanda, mohon titip pakaian ini kepada satu-satunya Ibunda yang sangat saya sayangi sampaikan salamku kepadanya,”ceritanya.

“Ketika itu dikerjakan tiba-tiba turun kemudian wahyukan engkau telah benarkan mimpi itu maka tidak ada korban pada saat itu,”jelasnya.

Yang paling menarik kata Ustad Adi Hidayat, kenapa Ismail punya rasa demikian dalam pada Papanya?  Lihat kisah Nabi Ibrahim,  ketika kemudian Ismail  dilahirkan, turun wahyu supaya dipisahkan dengan ayahandanya.

BACA JUGA:Guling Penyelamat Malam, Rahasia Tidur Nyaman Tanpa Dengkuran


“Dibalik jarak yang jauh,  sebagai nabi dan  rasul,  punya tugas mencari nafkah,  punya macam-macam,  tapi beliau (Ibrahim) masih menyempatkan waktu untuk menengok perkembangan anaknya,”urainya.

Lebih lanjut dia mengatakan, nasehat orang tua sulit diterima oleh anak terkadang bukan karena anak itu tidak mau mendengar, tapi seringkali diakibatkan karena orang tua tidak memiliki perhatian yang cukup kepada anak sebelumnya.

Dalam  Quran surah ke-31 ayat 13 sampai ayat 19,  ada 4 pendidikan dini yang harus ditanamkan pada anak sejak awal.

Sehingga anak itu akan mudah nanti mendekat kepada Allah dekat dengan orang tua dan bergaul balik dengan lingkungannya

BACA JUGA:Mimpi Buruk, Ini Doa dan yang Harus Kamu Lakukan Agar Tak Menjadi Kenyataan

Ayat 13-nya pengajaran tentang tauhid,  ayat 14 sampai 15 mengajarkan tentang bagaimana pendekatan anak dengan kedua orang tuanya.

Ayat selanjutnya mengajarkan tentang bagaimana pendidikan salat ditanamkan sejak dini  Dan yang keempat tentang akhlak supaya dia dekat dengan lingkungannya.

“Jadi yang pertama itu kita koreksi diri dulu. Yang kedua kita mendekat kepada Allah, berdoa ya Allah tidak engkau titipkan anak itu kepada Ibunda yang lain kecuali pada hamba.  Ya Allah berikan kekuatan hamba yakin engkau tidak pernah memberikan ujian kecuali pada yang sanggup menjalaninya sentuh hatinya,”katannya.


“Ingat ketika seseorang telah menikah,  kewajiban orang tua untuk memberikan nafkah memang berhenti tapi mohon maaf perhatian itu kan tidak terputus,”tegasnya.

BACA JUGA:Berkas Belum Lengkap, Jaksa Kembali Panggil 6 Saksi Pejabat KONI

Orang tua masih berhak memperhatikan memberikan arahan dan sebagainya. “Karena itu jangan putus dalam memberikan nasehat,  sampaikan dengan cara yang terbaik. Kalau tidak pakai bahasa akal Gunakan bahasa hati,”kataya.

“Jadikan Dia teman dalam kehidupan Insyaallah dengan kalimat yang menyentuh lama-lama dia akan tersadar,”pungkasnya.(*)

Bagaimana Mendidik Anak yang Sudah Dewasa Agar Menurut? Ini Kata Ustadz Adi Hidayat

Doni Bae

Doni Bae


bacakoran.co – mendidik anak yang sudah dewasa bukan perkara mudah. terlebih jika sejak kecil, orang tua kurang memberi perhatian terhadap mereka.

namun bagaimanapun juga, tanggungjawab mendidik anak ada di pundak orng tua.
hal itu akan dipertanggungjawabkan di akherat kelak.

ustad adi hidayat, yang dikutip dari dalam dakwahnya memberikan tuntutunan bagaimana cara mendidik anak yag sudah dewasa agar menurut pada orang tua. hal itu ia sampaikan menjawab pertanyaan dari salah satu jamaahnya.

bagaimana mendidik anak yang saat ini sudah dewasa dan sulit dinasehati karena kita kurang mendidiknya di saat mereka kecil?

apakah kalau anak-anak sudah menikah (orang tua masih) mempunyai tanggung jawab untuk mendidiknya?
begitu dua bunyi pertanyaan tersebut.

“coba istighfar dulu,  mungkin selama ini anda yang kurang perhatian kepada anak,”ujar ustad adi hidayat.

“saya pernah sampaikan kisah nabi ibrahim,  bagaimana seorang ismail alaihissalam yang baru tumbuh usia 4-5 tahun belum baligh. melihat bapaknya sedang bekerja atas perintah allah bergetar hatinya tersentuh untuk menolong bapaknya,  walaupun ayahnya enggak minta,"katanya.



وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

dan (ingatlah), ketika ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar baitullah bersama ismail (seraya berdoa): "ya tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya engkaulah yang maha mendengar lagi maha mengetahui".  (al-baqarah ayat 127.

“ungkapan bahasa arab kalau ada dua subjek, mengerjakan satu pekerjaan,  subjeknya disebutkan langsung di depan,  maka ini menunjukkan porsi pekerjaannya sama sebanding,”jelasnya.

“tapi kalau ada satu disebutkan di depan yang kedua di akhirkan,  ini menunjukkan bahwa yang kedua ini sekedar membantu yang pertama saja, tidak sebanding porsinya,”urainya.

lebih lanjut dia menjelasakn makna ayat tersebut. “tahukah anda saat ayat itu disampaikan kisah kepada kita ingin mengisahkan, bagaimana seorang ibrahim alaihissalam menerima tugas meninggikan bangunan ka'bah dikerjakan dengan segera,”katanya.


“saat akan membangunnya, qadar ullah anaknya datang melihat bapaknya bekerja dia ingin menolongnya. perhatikan, bukan dinasehati bukan diminta,  tapi anak tergerak untuk menolong bapaknya,”jelasnya.

“intinya ada sentuhan dari anak melihat bapak bekerja dia ingin membantu,”imbuhnya

kisah keduanya kata ustad adi hidayat lebih dahsyat quran  surah 37 ayat 102 


فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

 


maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama ibrahim, ibrahim berkata: "hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

dia mulai dewasa,  sudah mulai nalarnya matang,  apa yang terjadi. bapaknya melihat dalam mimpi menyembelih anaknya. “ini kisahnya , berbagi bapak dengan anak, tuker pikiran. “bagaimana pendapat anda, pendapat anda bagus. garis bawahi,”katanya.

lebih lanjut ustad adi hidayat mengatakan bahwa mimpi nabi dan rasul itu pasti wahyu. kalau sifatnya wahyu harus segera dilakukan.

“ibrahim bisa mengatakan begini,  nak siap-siap ya, (kamu) mau disembelih.  kenapa tidak dikatakan, ada hikmah di situ,”katanya.

medengar cerita itu, ismail bukan protes bukan marah tapi meyakinkan dan menguatkan ayahandanya.”

“lihat kalimatnya,  ya abati, demi sayang dan hormat nanda pada papa, kerjakan sekarang yang diperintahkan allah,  ayah pasti dapat di saya seorang yang sabar,”tuturnya.

ustad adi hidayat mengungkapkan,  ada tiga peristiwa besar terjadi saat ismail akan disembelih.  pertama kata dia ketika ismail mulai diikat,  ikatan mulai terasa longgar,  ismail meminta ayahandanya untuk  tolong kencangkan ikatan.

“(kata ismail) ini supaya nanti saat saya akan disembelih tidak merontak saya dan tidak membuat ayah iba dan tidak jadi menyembelih saya,”jelasnya.

kedua,  ismail meminta ayahandanya untuk tajamkan pisau itu untuk mempercepat proses penyembelihan dan mengurangi sakit.

“ketiga, ini yang hebat ternyata beliau sudah melipat pakaiannya, pakaian luarnya.  lihat beliau katakan duhai ayahanda, mohon titip pakaian ini kepada satu-satunya ibunda yang sangat saya sayangi sampaikan salamku kepadanya,”ceritanya.

“ketika itu dikerjakan tiba-tiba turun kemudian wahyukan engkau telah benarkan mimpi itu maka tidak ada korban pada saat itu,”jelasnya.

yang paling menarik kata ustad adi hidayat, kenapa ismail punya rasa demikian dalam pada papanya?  lihat kisah nabi ibrahim,  ketika kemudian ismail  dilahirkan, turun wahyu supaya dipisahkan dengan ayahandanya.


“dibalik jarak yang jauh,  sebagai nabi dan  rasul,  punya tugas mencari nafkah,  punya macam-macam,  tapi beliau (ibrahim) masih menyempatkan waktu untuk menengok perkembangan anaknya,”urainya.

lebih lanjut dia mengatakan, nasehat orang tua sulit diterima oleh anak terkadang bukan karena anak itu tidak mau mendengar, tapi seringkali diakibatkan karena orang tua tidak memiliki perhatian yang cukup kepada anak sebelumnya.

dalam  quran surah ke-31 ayat 13 sampai ayat 19,  ada 4 pendidikan dini yang harus ditanamkan pada anak sejak awal.

sehingga anak itu akan mudah nanti mendekat kepada allah dekat dengan orang tua dan bergaul balik dengan lingkungannya

ayat 13-nya pengajaran tentang tauhid,  ayat 14 sampai 15 mengajarkan tentang bagaimana pendekatan anak dengan kedua orang tuanya.

ayat selanjutnya mengajarkan tentang bagaimana pendidikan salat ditanamkan sejak dini  dan yang keempat tentang akhlak supaya dia dekat dengan lingkungannya.

“jadi yang pertama itu kita koreksi diri dulu. yang kedua kita mendekat kepada allah, berdoa ya allah tidak engkau titipkan anak itu kepada ibunda yang lain kecuali pada hamba.  ya allah berikan kekuatan hamba yakin engkau tidak pernah memberikan ujian kecuali pada yang sanggup menjalaninya sentuh hatinya,”katannya.


“ingat ketika seseorang telah menikah,  kewajiban orang tua untuk memberikan nafkah memang berhenti tapi mohon maaf perhatian itu kan tidak terputus,”tegasnya.

orang tua masih berhak memperhatikan memberikan arahan dan sebagainya. “karena itu jangan putus dalam memberikan nasehat,  sampaikan dengan cara yang terbaik. kalau tidak pakai bahasa akal gunakan bahasa hati,”kataya.

“jadikan dia teman dalam kehidupan insyaallah dengan kalimat yang menyentuh lama-lama dia akan tersadar,”pungkasnya.(*)

Tag
Share