Rongsokan Laut Membawa Petaka: Ketika Digergaji Malah Meledak, Ternyata Ini Penyebabnya?
Personel Gegana Brimob Polda Jatim melakukan pemindahan peluru diduga mortir yang berukuran besar. Foto: ilustrasi--
BACAKORAN.CO - Ledakan misterius yang merusak lima rumah dan menewaskan satu orang di Bangkalan telah menjadi perhatian utama dalam beberapa hari terakhir.
Kejadian tragis ini terjadi akibat meledaknya peluru diduga mortir seberat 100 kg.
Dalam upaya untuk memahami lebih lanjut tentang insiden ini, sebuah video amatir yang merekam detik-detik pemindahan mortir tersebut oleh personel Gegana Brimob Polda Jatim telah menjadi sorotan.
Dalam video tersebut, dua personel Gegana dengan penuh hati-hati mengangkat bagian peluru mortir yang panjang dari gudang besi tua ke kendaraan taktis (rantis).
BACA JUGA:Baku Tembak! Mortir Israel Serang Markas TNI, Ini Sikap Indonesia
Meskipun mereka dilengkapi dengan perlengkapan keamanan, risiko yang dihadapi dalam pemindahan peluru berukuran besar ini sangat berbahaya.
Proses ini memerlukan ketelitian dan keberanian, terutama karena mereka harus melangkahi kabel listrik yang menjuntai sebagai imbas ledakan sebelumnya.
Video tersebut memberikan gambaran nyata tentang seberapa besar dan beratnya bagian mortir yang harus diangkat oleh personel Gegana.
Meskipun tidak jelas apakah kedua bagian tersebut benar-benar terlibat dalam ledakan yang merusak 5 bangunan dan menewaskan 1 orang, namun video tersebut memberikan wawasan tentang kesulitan dan risiko dalam menangani materi peledak semacam ini.
BACA JUGA:Markas Pasukan Perdamaian TNI di Lebanon Terkena Serangan Mortir Israel
Menurut keterangan polisi, peluru diduga mortir sejumlah empat buah disimpan dalam gudang besi tua milik MH (43), yang awalnya dibeli dari seorang pengepul berinisial MI.
Keempat mortir tersebut diperoleh oleh empat penyelam pencari besi tua, MJ (51), MR (41), SG (43), dan AU (28).
Para penyelam ini secara tidak sadar mengangkut bahan peledak tersebut ke darat, menganggapnya sebagai besi tua tanpa bahaya.
Mereka menemukan keempat mortir tersebut saat melakukan penyelaman di dasar laut sekitar 15 meter.
BACA JUGA:Penemuan Mortir Zaman Jepang, Diduga Aktif Dan Sisa Perang Dunia
Keterangan dari para tersangka menunjukkan bahwa mereka tidak menyadari sifat bahaya dari barang yang mereka temukan.
Tragedi bermula saat MH menjual mortir-motir tersebut ke MI, yang kemudian menjualnya ke S (19), salah satu pegawai gudang besi tua MH.
S menggunakan mortir tersebut sebagai alas untuk melakukan pengelasan, yang sayangnya berakhir dengan ledakan yang merenggut satu nyawa dan merusak beberapa bangunan di sekitarnya.
Pasca-ledakan, polisi menetapkan tujuh orang sebagai tersangka dalam kasus ini.
BACA JUGA:Kasus Covid Meledak Jelang Libur Nataru, Prokes Kembalikan Diberlakukan? Ini Penjelasan Menparekraf Sandiaga
Termasuk di antaranya adalah para penyelam MJ (51), MR (41), SG (43), AU (28), pemilik gudang MH (43), pengepul MI, dan pekerja gudang besi tua S (19).
Peristiwa tragis di Bangkalan menjadi cerminan nyata dari risiko dan bahaya yang terkandung dalam penanganan material peledak.
Pemindahan mortir yang diduga berukuran besar oleh personel Gegana Brimob Polda Jatim mencerminkan tantangan nyata yang dihadapi oleh mereka dalam menjaga keamanan masyarakat.
Kasus ini juga membuka tabir tentang bagaimana suatu benda yang seharusnya tidak berbahaya bisa berakhir sebagai penyebab kerugian besar dan hilangnya nyawa.(*)