bacakoran.co

Kemenag Dorong Memasifkan Penggunaan Aksara Pegon, Ini Respon Filolog Sumsel

AKSARA JAWI: Penggunaan aksara jawi atau Arab Melayubanyak di temukan dalam karya ulama Sumatera Selatan. Inzet. Contoh Aksara Jawi. (foto : dok.nyimas)--

BACAKORAN.CO --  Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI) mendorong pimpinan Pondok Pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan memasifkan penggunaan Aksara Pegon.

Dorongan itu direspon positif Dosen Filologi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Dr Nyimas Umi Kalsum SAg MHum.

Selaku dosen sekaligus pelestari naskah kuno, jebolan Magister Fakultas Ilmu Budaya jurusan Ilmu Susastra konsentrasi Filologi Universitas Indonesia itu menegaskan jika memang banyak karya-karya peninggalan ulama Nusantara yang ditulis dengan aksara kuno.

Ragam aksara kuno banyak,  katanya: diantaranya adalah  Aksara Pegon. Dia menjelaskan bahwa jika di Jawa,  penggunaan aksara Arab dengan Bahasa Jawa di sebut Pegon.

BACA JUGA:Kemenag RI Dorong Pesantren Masifkan Penggunaan Aksara Pegon

BACA JUGA:Optimis Undang-undang Simbur Cahaya Ditetapkan Menjadi Ingatan Kolektif Nasional 2024

"Kalau kita di Sumatera atau di wilayah Melayu,  ada juga penggunaan aksara Arab tapi berbahasa Melayu disebut dengan Aksara Jawi. Atau orang sering menyebutnya Arab Melayu atau Arab gundul,"jelasnya.

Menurutnya, pengetahuan tentang aksara kuno itu, menjadi mata kuliah tersendiri di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang.

Dalam kaitannya dengan himbauan Kemenag, untuk memasifkan penggunaan aksara Pegon atau Aksara Jawi atau Arab Melayu di Pondok Pesantren itu menurutnya  adalah langkah yang harus disambut oleh semua pihak agar warisan ulama Nusantara itu tidak hilang.

"Khusus untuk Sumatera Selatan, penggunaan aksara Jawi ini kita temukan pada naskah kuno keagamaan karya ulama terkemuka Syeikh Abdus Shamad Al Palembani,"urainya.

BACA JUGA:Cara Menghilangkan Cincin Noda Karat pada Toilet Duduk dan Mencegahnya Kembali, Dijamin Auto Kinclong!

BACA JUGA:Super Untungin Banget! Cuan Rp700.000 Resmi Bisa Kamu Cairkan di 17 Link Penghasil Saldo DANA Gratis Ini Lho..

Beberapa karya Syeikh Abdus Shamad Al Palembani seperti  Hidayatus Salikin saduran dari Syekh Muhammad Samman, kemudian Sairus Salikin ditulis menggunakan Jawi.

"Naskahnya dengan Aksara Jawi masih ada yang mempelajari sampai sekarang. Ini untuk mempemudah memahami konteks isi naskah itu,"jelasnya.

"Yang saya ketahui, kitab-kitab karya Syeikh Abdus Shamad Al Palembani masih dikaji di beberapa tempat, seperti di Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II Jayo Wikramo, Pondok Pesantren Muqimmussunnah, dan di komunitas Naskah Kuno  UIN Raden Fatah Palembang.

Demikian juga menurutnya tentang upaya digitalisasi karya karya masa lalu yang menggunakan aksara tersebut. Menurutnya upaya itu sudah selayaknya di lakukan.

BACA JUGA:Risma Daftar Cagub di Pilkada Jatim 2024 Malam Ini, Pasangannya Sudah Ditetapkan, Siapa?

BACA JUGA:Taeil NCT Didepak SM Entertainment Buntut Skandal Panas hingga Pasang Kamera Pengintai, Korban di Bawah Umur?

Selain untuk memudahkan dalam mempelajarinya juga untuk memancing generasi muda untuk tetap melestarikan aksara tersebut.

"Kalau Kemenag sudah meluncurkan papan ketik virtual Aksara Pegon, mungkin kita contoh untuk aksara lain. Untuk aksara Jawi sendiri saat ini sudah banyak apllikasi digitalnya,"ujar Nyimas.  "Mungkin bisa kita contoh untuk Aksara Ulu,"imbuhnya.

Menurut Nyimas Umi Kalsum, dalam pelestarian aksara kuno secara digital itu, juga di perlukan kolaborasi atau kerjasama dari berbagai disiplin ilmu.

Dia menambahkan, jika untuk digitalisasi alih media, naskah kuno dengan aksara Jawi itu Sumsel telah beberapa kali  dilakukan, baik dari instansi pemerintah seperti Perpustakaan Nasional RI serta beberapa lembaga dan perorangan lainnya.

BACA JUGA:Hasil Digitalisasi Naskah Kuno Palembang akan Disimpan di Sini

BACA JUGA:Naskah Kuno Bernilai Ekonomi, Alex Minta Perpusnas RI Bantu Percepatan Preservasi di Palembang

"Kami sendiri saat ini masih rutin melakukan digitaliasi alih media. Ini kami lakukan sebagai salah satu upaya pelestarian naskah kuno dan aksara kuno dari kepunahan,"jelasnya.

Diwartakan sebelumnya,  Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kemenag RI, Dr Basnang Said SAg MAg, mendorong Pimpinan Pondok Pesantren untuk memasihkan penggunaan Aksara Pegon.

Upaya pelestarian pegon bisa dilakukan dengan menampilkan aksara itu di gerbang atau papan-papan di depan pesantren.

Pernyataan itu ditegaskannya saat memberikan sambutan dalam Koordinasi Penguatan Digitalisasi Aksara Pegon dalam Kitab Kuning di Pesantren, Selasa 27 Agustus 2024) di Jakarta.

BACA JUGA:Temui Jalan Buntu, Tak Ada Lagi Parpol Tersisa, Anies Gagal Nyalon Pilgub Jakarta 2024!

BACA JUGA:Ga Perlu Worry Bayar Pinjol, Nih 21 Link Penghasil Saldo DANA Gratis Cair Rp600.000 dalam 10 Menit Aja Gais...

“Kalau narasi yang terpampang di papan atau gerbang pesantren ditulis dengan aksara pegon, maka kita sedang memperjuangkan kelestarian pegon sebagai warisan khazanah ulama Nusantara,” ujarnya.

Kemenag Dorong Memasifkan Penggunaan Aksara Pegon, Ini Respon Filolog Sumsel

Doni Bae

Doni Bae


bacakoran.co --  (kemenag) republik indonesia (ri) mendorong pimpinan pondok pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan memasifkan penggunaan .

dorongan itu direspon positif dosen universitas islam negeri (uin) raden fatah palembang, .

selaku dosen sekaligus pelestari, jebolan magister fakultas ilmu budaya jurusan ilmu susastra konsentrasi filologi itu menegaskan jika memang banyak karya-karya peninggalan ulama nusantara yang ditulis dengan aksara kuno.

ragam aksara kuno banyak,  katanya: diantaranya adalah  aksara pegon. dia menjelaskan bahwa jika di jawa,  penggunaan aksara arab dengan bahasa jawa di sebut pegon.



"kalau kita di sumatera atau di wilayah melayu,  ada juga penggunaan aksara arab tapi berbahasa melayu disebut dengan . atau orang sering menyebutnya atau arab gundul,"jelasnya.

menurutnya, pengetahuan tentang aksara kuno itu, menjadi mata kuliah tersendiri di fakultas adab dan humaniora uin raden fatah palembang.

dalam kaitannya dengan himbauan kemenag, untuk memasifkan penggunaan aksara pegon atau aksara jawi atau arab melayu di pondok pesantren itu menurutnya  adalah langkah yang harus disambut oleh semua pihak agar warisan ulama nusantara itu tidak hilang.

"khusus untuk sumatera selatan, penggunaan aksara jawi ini kita temukan pada naskah kuno keagamaan karya ulama terkemuka syeikh abdus shamad al palembani,"urainya.



beberapa karya syeikh abdus shamad al palembani seperti  hidayatus salikin saduran dari syekh muhammad samman, kemudian sairus salikin ditulis menggunakan jawi.

"naskahnya dengan aksara jawi masih ada yang mempelajari sampai sekarang. ini untuk mempemudah memahami konteks isi naskah itu,"jelasnya.

"yang saya ketahui, kitab-kitab karya syeikh abdus shamad al palembani masih dikaji di beberapa tempat, seperti di masjid agung sultan mahmud badaruddin ii jayo wikramo, pondok pesantren muqimmussunnah, dan di komunitas naskah kuno  uin raden fatah palembang.

demikian juga menurutnya tentang upaya digitalisasi karya karya masa lalu yang menggunakan aksara tersebut. menurutnya upaya itu sudah selayaknya di lakukan.



selain untuk memudahkan dalam mempelajarinya juga untuk memancing generasi muda untuk tetap melestarikan aksara tersebut.

"kalau kemenag sudah meluncurkan papan ketik virtual aksara pegon, mungkin kita contoh untuk aksara lain. untuk aksara jawi sendiri saat ini sudah banyak apllikasi digitalnya,"ujar nyimas.  "mungkin bisa kita contoh untuk aksara ulu,"imbuhnya.

menurut nyimas umi kalsum, dalam pelestarian aksara kuno secara digital itu, juga di perlukan kolaborasi atau kerjasama dari berbagai disiplin ilmu.

dia menambahkan, jika untuk digitalisasi alih media, naskah kuno dengan aksara jawi itu sumsel telah beberapa kali  dilakukan, baik dari instansi pemerintah seperti perpustakaan nasional ri serta beberapa lembaga dan perorangan lainnya.



"kami sendiri saat ini masih rutin melakukan digitaliasi alih media. ini kami lakukan sebagai salah satu upaya pelestarian naskah kuno dan aksara kuno dari kepunahan,"jelasnya.

diwartakan sebelumnya,  direktur pendidikan diniyah dan pondok pesantren (pd pontren) kemenag ri, dr basnang said sag mag, mendorong pimpinan pondok pesantren untuk memasihkan penggunaan aksara pegon.

upaya pelestarian pegon bisa dilakukan dengan menampilkan aksara itu di gerbang atau papan-papan di depan pesantren.

pernyataan itu ditegaskannya saat memberikan sambutan dalam koordinasi penguatan digitalisasi aksara pegon dalam kitab kuning di pesantren, selasa 27 agustus 2024) di jakarta.



“kalau narasi yang terpampang di papan atau gerbang pesantren ditulis dengan aksara pegon, maka kita sedang memperjuangkan kelestarian pegon sebagai warisan khazanah ulama nusantara,” ujarnya.

Tag
Share