bacakoran.co

Cadangan Gas Melimpah, Pemerintahan Prabowo Siap Bangkitkan Lagi SPBG di Seluruh Indonesia!

Pemerintahan Prabowo bakal kembali hidupkan pengembangan SPBG yang kini ‘mati suri’ demi keberlanjutan gas untuk transportasi umum dan transisi energi.--istimewa

Kementerian ESDM, yang kini dipimpin Bahlil Lahadalia berencana mengoptimalkan kembali penggunaan SPBG untuk kebutuhan sektor transportasi.

Penggunaan SPBG ini, terangnya, merupakan salah satu program cepat yang diarahkan Bahlil.

BACA JUGA:Sekilas Info Langkah Pertama Prabowo Mewujudkan Program Makan Siang Gratis Dengan Cara Evaluasi Subsidi Energi

BACA JUGA:WHAT! Beli Gas Pakai Plastik? Krisis Energi di Pakistan Melanda, Memaksa Warganya untuk Melakukan Hal Ini

Hanya saja, optimisasi SPBG dinilai perlu menyesuaikan dengan model bisnis terkini.

“Mungkin waktu itu SPBG lebih fokus untuk transportasi umum," ujarnya.

Selain transportasi umum, SPBG ke depan diharapkan dapat menyasar sektor lain seperti hotel, restoran, dan katering (Horeka).

Pemerintah pun membuka peluang bagi pihak swasta untuk turut serta dalam pengembangan SPBG guna memperluas cakupan pasar dan memperlancar ekosistem bisnis.

BACA JUGA:Solusi Energi Efisien dan Dampak Terhadap Penyerapan Anggaran Kementerian ESDM

BACA JUGA:Tinjau SMK Negeri 2 Palembang! Jokowi Berikan Mobil Listrik, Dukung Pendidikan dan Energi Terbaru

"Tingkat penggunaan dari sisi permintaan, seperti Horeka, cukup besar. Perlu ada kebijakan yang lebih fleksibel," tambah Anggawira.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto mengungkapkan, gas bumi merupakan sumber energi yang cocok untuk masa transisi energi.

Terutama karena Indonesia memiliki cadangan gas yang melimpah.

Djoko mencatat, Indonesia pernah mengoptimalkan gas sebagai energi untuk transportasi dengan membangun 28 SPBG.

BACA JUGA:“Meniti Masa Depan Bersih dan Hijau”, Proyek PSEL Palembang Sambut Energi Terbarukan”

Cadangan Gas Melimpah, Pemerintahan Prabowo Siap Bangkitkan Lagi SPBG di Seluruh Indonesia!

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co – pengembangan stasiun pengisian bahan bakar gas (spbg) di indonesia gencar dilakukan beberapa tahun lalu.

namun, lantaran menghadapi sejumlah kendala, spbg pun “ditinggalkan”.

spbg yang tersebar di sejumlah daerah, khususnya kota besar pun sepi.

tak tampak aktivitas kendaraan mengisi .

kurang diminatinya bbg salah satunya lantaran kurangnya tenaga kendaraan saat digas seperti yang dikeluhkan banyak pengendara.

nah, setelah sempat “mati suri”, pengembangan spbg rencananya bakal dihidupkan kembali di era pemerintahan .

pertimbangannya, indonesia memiliki cadangan gas yang melimpah.

ini dianggap sebagai potensi besar yang bisa dimanfaatkan.

tenaga ahli menteri energi dan sumber daya mineral (esdm) bidang percepatan infrastruktur migas anggawira mencatat banyak spbg di indonesia saat ini terbengkalai dan kondisinya tidak terawat.

padahal, pada masa sebelumnya, spbg didorong untuk mendukung kendaraan umum berbahan bakar gas.

kementerian esdm, yang kini dipimpin bahlil lahadalia berencana mengoptimalkan kembali penggunaan spbg untuk kebutuhan sektor transportasi.

penggunaan spbg ini, terangnya, merupakan salah satu program cepat yang diarahkan bahlil.

hanya saja, optimisasi spbg dinilai perlu menyesuaikan dengan model bisnis terkini.

“mungkin waktu itu spbg lebih fokus untuk transportasi umum," ujarnya.

selain transportasi umum, spbg ke depan diharapkan dapat menyasar sektor lain seperti hotel, restoran, dan katering (horeka).

pemerintah pun membuka peluang bagi pihak swasta untuk turut serta dalam pengembangan spbg guna memperluas cakupan pasar dan memperlancar ekosistem bisnis.

"tingkat penggunaan dari sisi permintaan, seperti horeka, cukup besar. perlu ada kebijakan yang lebih fleksibel," tambah anggawira.

sebelumnya, sekretaris jenderal dewan energi nasional (den), djoko siswanto mengungkapkan, gas bumi merupakan sumber energi yang cocok untuk masa transisi energi.

terutama karena indonesia memiliki cadangan gas yang melimpah.

djoko mencatat, indonesia pernah mengoptimalkan gas sebagai energi untuk transportasi dengan membangun 28 spbg.

namun, seiring waktu, permintaan terhadap kendaraan berbahan bakar gas menurun karena minimnya dukungan kebijakan.

"dulu kita punya sekitar 28 spbg, tapi permintaan berkurang karena kebijakan kurang mendukung,” ungkapnya.

seharusnya, dengan adanya dukungan kebijakan, seperti pelarangan kendaraan berbahan bakar minyak (bbm), bisa mendukung keberlanjutan gas untuk transportasi umum.

djoko mengingatkan jika dulu, armada bus transjakarta pernah 100 persen menggunakan bbg.

begitu pun kendaraan dinas pemerintah, taksi, hingga kendaraan umum lainnya.

harga bbg juga pernah kompetitif, mencapai rp4.500 per liter setara premium saat bensin premium dijual rp6.500 per liter.

djoko pun menilai perlunya regulasi yang mendukung pemanfaatan gas di wilayah-wilayah yang berdekatan dengan sumber gas atau yang sudah terhubung dengan pipa.

Tag
Share