bacakoran.co

Minyak Dunia Kolaps, Terburuk dalam 3 Tahun! Efek Trump Bikin Investor Panik!

Harga minyak dunia anjlok hingga lebih dari 6 persen yang merupakan terburuk dalam tiga tahun terakhir efek tarif baru donald trump dan kebijakan OPEC+.--istimewa

BACAKORAN.CO - Harga minyak global runtuh hingga lebih dari 6 persen, mencatat penurunan paling tajam dalam tiga tahun terakhir.

Penyebab utamanya adalah kombinasi mengejutkan antara kebijakan tarif impor baru dari Presiden AS Donald Trump dan keputusan OPEC+ untuk menaikkan pasokan minyak mentah secara signifikan.

Pada Jumat pagi (4/4/2025) pukul 07.00 wib, minyak mentah WTI masih melemah tipis 0,25 persen ke level US$66,78 per barel.

Sementara Brent justru sedikit menguat 0,27 persen ke US$70,05 per barel.

BACA JUGA:Tarif 32% dari Trump, Prabowo Ngasih Instruksi Khusus Buat Kabinet Merah Putih, Apa Isinya?

BACA JUGA:Tarif Trump Resmi Berlaku! Rupiah Tertekan, Ekonomi Indonesia di Ambang Krisis?

Namun sehari sebelumnya, WTI sudah anjlok 6,64 persen dan Brent turun 6,42 persen, ke posisi terendah sejak pertengahan 2022.

OPEC+ Tambah Pasokan, Trump Bikin Panik

Penurunan ini dipicu oleh dua hal besar.

Pertama, OPEC+ sepakat untuk meningkatkan produksi minyak global hingga 411.000 barel per hari mulai Mei, naik drastis dari rencana awal sebesar 135.000 barel.

BACA JUGA:Tarif Baru Trump Buat Perang Dagang Meledak Lagi! Pasar Asia Kena Tsunami!

BACA JUGA:Defisit Dagang Terbesar, Trump Umumkan Darurat Ekonomi AS, Dunia Terancam Resesi?

Kedua, keputusan mengejutkan Trump untuk memberlakukan tarif minimum 10 persen atas sebagian besar produk impor ke AS, kecuali untuk minyak dan gas membuat pelaku pasar mulai khawatir akan perlambatan ekonomi global.

Investor Ketar-ketir, Prediksi Harga Minyak Direvisi

Minyak Dunia Kolaps, Terburuk dalam 3 Tahun! Efek Trump Bikin Investor Panik!

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co - harga minyak global runtuh hingga lebih dari 6 persen, mencatat penurunan paling tajam dalam tiga tahun terakhir.

penyebab utamanya adalah kombinasi mengejutkan antara kebijakan dari presiden as donald trump dan keputusan untuk menaikkan pasokan minyak mentah secara signifikan.

pada jumat pagi (4/4/2025) pukul 07.00 wib, minyak mentah wti masih melemah tipis 0,25 persen ke level us$66,78 per barel.

sementara brent justru sedikit menguat 0,27 persen ke us$70,05 per barel.

namun sehari sebelumnya, wti sudah anjlok 6,64 persen dan brent turun 6,42 persen, ke posisi terendah sejak pertengahan 2022.

opec+ tambah pasokan, trump bikin panik

penurunan ini dipicu oleh dua hal besar.

pertama, opec+ sepakat untuk meningkatkan produksi minyak global hingga 411.000 barel per hari mulai mei, naik drastis dari rencana awal sebesar 135.000 barel.

kedua, keputusan mengejutkan trump untuk memberlakukan tarif minimum 10 persen atas sebagian besar produk impor ke as, kecuali untuk minyak dan gas membuat pelaku pasar mulai khawatir akan perlambatan ekonomi global.

investor ketar-ketir, prediksi harga minyak direvisi

"ekonomi dan permintaan minyak sangat erat kaitannya. saat ekonomi dunia melambat, permintaan energi pun ikut melemah," ujar angie gildea, pemimpin sektor energi di kpmg as.

ubs pun langsung memangkas proyeksi harga minyak sebesar us$3 per barel untuk periode 2025–2026, menjadi us$72 per barel.

analis memperkirakan volatilitas pasar bakal meningkat, mengingat potensi tarif balasan dari negara-negara mitra dagang as.

stagflasi di depan mata?

menurut analis pvm, tamas varga, pasar global kini berada di ambang krisis stagflasi, yakni situasi di mana pertumbuhan ekonomi melambat sementara inflasi melonjak akibat beban tarif.

“tarif ini ujung-ujungnya akan dibayar oleh konsumen dan bisnis domestik, bukan negara mitra. biaya produksi naik, daya beli turun, dan dampaknya bisa sangat buruk bagi ekonomi global,” ucapnya seperti dilansir dari cnbcindonesia.com.

tambahan tekanan datang dari data mengejutkan badan informasi energi as, yang mencatat lonjakan persediaan minyak sebesar 6,2 juta barel pekan lalu.

angka ini berbanding terbalik dari ekspektasi analis yang memperkirakan penurunan sebesar 2,1 juta barel.

apa selanjutnya?

dengan harga minyak terguncang, tarif melonjak, dan ketidakpastian ekonomi membayangi.

dunia kini kembali berada di tepi jurang perang dagang yang bisa berdampak luas.

Tag
Share