bacakoran.co — selama bertahun-tahun, penyakit jantung dikenal sebagai ancaman utama bagi kelompok usia lanjut.
namun, tren ini kini mengalami pergeseran yang cukup mengkhawatirkan.
dalam beberapa tahun terakhir, kasus penyakit jantung pada generasi muda semakin meningkat dan menjadi sorotan serius di kalangan medis.
dokter dan peneliti mulai mencatat bahwa serangan jantung tidak lagi eksklusif menyerang mereka yang berusia di atas 50 tahun.
bahkan, individu berusia 20 hingga 30-an tahun kini masuk dalam kelompok berisiko.
gaya hidup modern yang serba cepat, minim gerak, dan penuh tekanan disebut sebagai pemicu utama.
dilansir dari kanal kesehatan times of india, berikut beberapa faktor yang berkontribusi terhadap meningkatnya risiko penyakit jantung di kalangan usia produktif:
1. rokok
kandungan nikotin dan karbon monoksida dalam rokok diketahui menyerang sistem pembuluh darah.
zat-zat ini memicu peningkatan detak jantung dan tekanan darah, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan serius.
“nikotin dan karbon monoksida dari rokok menyerang pembuluh darah. zat tersebut meningkatkan detak jantung, dan tekanan darah.”
proses penumpukan kolesterol di arteri menyebabkan pengerasan dan penyempitan pembuluh darah, dikenal sebagai aterosklerosis.
ketika arteri menjadi kaku, risiko terbentuknya gumpalan darah meningkat, yang dapat memicu stroke atau serangan jantung.
“seiring waktu, terjadi penebalan dan pengerasan arteri akibat penumpukan kolesterol, yang disebut aterosklerosis. ketika arteri menyempit dan kaku, gumpalan darah lebih mudah terbentuk.”
tak hanya itu, kebiasaan merokok juga berkontribusi terhadap gangguan lain seperti gangren dan kanker. sayangnya, banyak yang mengira bahwa dampak buruk rokok hanya berlaku bagi perokok berat.
“mungkin ada yang mengira bahwa dampak buruk rokok hanya terjadi pada perokok berat. padahal, faktanya orang yang merokok ringan, hanya satu atau dua batang rokok, juga memiliki risiko tinggi. perokok pasif juga sama berbahayanya.”
meski berhenti merokok membawa dampak positif, hasilnya tidak langsung terlihat.
butuh waktu bertahun-tahun untuk menurunkan risiko penyakit jantung ke level yang sama dengan orang yang tidak pernah merokok.
“dibutuhkan sekitar 10 hingga 15 tahun setelah berhenti merokok agar risiko penyakit jantung turun ke tingkat yang sama dengan seseorang yang tidak pernah merokok. itulah mengapa lebih baik berhenti sekarang daripada menunggu.”
2. obesitas
obesitas sering kali dianggap sepele, padahal dampaknya terhadap kesehatan jantung sangat serius.
kelebihan berat badan membuat jantung bekerja ekstra keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
“obesitas adalah faktor risiko penyakit jantung yang mudah terabaikan, padahal efeknya fatal. berat badan berlebih membuat jantung harus memompa lebih keras.”
dalam jangka panjang, kondisi ini menyebabkan penebalan otot jantung atau hipertrofi, yang membuat jantung lebih rentan terhadap gangguan.
selain itu, obesitas juga memicu lonjakan kadar gula darah, tekanan darah, dan kolesterol—tiga faktor utama pemicu penyakit jantung.
“obesitas juga meningkatkan gula darah, tekanan darah, dan kolesterol. masing-masing juga merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung.”
tak hanya itu, orang dengan obesitas lebih rentan mengalami sleep apnea, yaitu gangguan tidur yang menyebabkan jeda napas berulang.
kondisi ini menambah beban pada jantung dan memicu stres fisiologis.
“jeda napas yang berulang menyebabkan stres pada tubuh, seperti lonjakan tekanan darah dan detak jantung, serta penurunan kadar oksigen secara terus-menerus.”
obesitas juga meningkatkan risiko gangguan irama jantung seperti fibrilasi atrium, yang dapat berujung pada stroke atau gagal jantung.
3. terlalu lama duduk
gaya hidup sedentari atau kurang gerak menjadi masalah besar di era digital.
duduk lebih dari delapan jam sehari terbukti meningkatkan risiko gangguan jantung.
“orang yang duduk lebih dari delapan jam sehari memiliki risiko lebih tinggi terkena masalah jantung.”
minimnya aktivitas fisik memperlambat sirkulasi darah dan melemahkan fungsi tubuh secara keseluruhan.
tak heran jika muncul istilah baru yang menyamakan duduk dengan kebiasaan merokok.
“itulah sebabnya muncul ungkapan 'duduk adalah kebiasaan merokok yang baru.' keduanya sama-sama bisa menimbulkan dampak fatal bagi kesehatan.”