bacakoran.co

Kemenag Perkuat Penelitian Manuskrip dan Filologi, Gandeng BRIN dan MANASSA

Direktur Pesantren Kemenag, Basnang Said dalam acara Penguatan Manhaj Publikasi Ilmiah Ma’had Aly (foto:kemenag.go.id)--

BACAKORAN.CO -- Kementerian Agama (Kemenag) akan memperkuat penelitian manuskrip atau naskah kuno berupa karya-karya yang ditulis ulama terdahulu dan pengembangan manhaj tahqiq (filologi).

Pernyataan itu ditegaskan Direktur Pesantren Kemenag,  Basnang Said dalam acara Penguatan Manhaj Publikasi Ilmiah Ma’had Aly yang diselenggarakan Subdit Pendidikan Ma’had Aly di Jatibening, 19-21 November 2025.

Dia menegaskan, Ma’had Aly harus tampil sebagai pelopor dalam penguatan tradisi ilmiah pesantren, khususnya dalam penelitian makhthuthat (manuskrip) dan pengembangan filologi.

Basnang menilai bahwa momentum transformasi kelembagaan menuju Direktorat Jenderal Pesantren,  harus dibarengi dengan penguatan budaya akademik yang lebih terukur, modern, dan berakar kuat pada tradisi keilmuan nusantara.

BACA JUGA:Wow! Kabupaten Ini Ternyata Banyak Simpan Manuskrip Kuno Akasara Ulu, Ini Contohnya dari Abad 18

BACA JUGA:Berani Buka 'Bakul Pusaka' Setelah Orang Tua Meninggal, Ternyata Isinya Manuskrip yang 'Tak Ternilai Uang'

Dikatakannya, filologi dan tahqiq merupakan ruh dari tradisi keilmuan dunia Islam  (pesantren), tradisi yang diwariskan para ulama melalui penyalinan, pengkajian, dan penyuntingan naskah-naskah kuno karya ulama terdahulu atau turats secara teliti dan penuh integritas.

Menurutnya, dalam konteks penguatan manhaj bahs ilmiah, filologi bukan hanya teknik akademik, tetapi juga jembatan yang menghubungkan pesantren dengan standar riset ilmiah dunia.

“Pesantren memiliki warisan intelektual luar biasa yang belum seluruhnya kita kelola. Ma’had Aly adalah ujung tombak yang harus mampu membaca, mengkaji, dan mempublikasikan kekayaan turats secara ilmiah dan bertanggung jawab,”tegas Basnang, seperti dikutpi dari laman kemenag.go.id, Kamis (20/11).

Kekayaan manuskrip di nusantara khususnya di pesantren yang tertulis di lontar, daluang, hingga kitab-kitab kuno beraksara Arab, Pegon, Jawi merupakan modal besar yang tidak dimiliki institusi pendidikan lain.

BACA JUGA:WAN PENG Comeback! Drama China WINNER Siap Jadi Drama Paling HOT Tahun 2026

BACA JUGA:Anti Scam! Inilah Cara Klaim Saldo DANA Rp100 Ribu Gratis via Klik Link dan Game

Dijabarkannya, penguatan Ma’had Aly harus bertumpu pada tiga agenda utama. Pertama, Ma’had Aly perlu memperkuat manhaj kajian turats dan filologi sebagai karakter akademik khas pesantren, dengan menjadikan penelitian manuskrip dan naqd an-nash (kritik teks) sebagai bagian dari pembelajaran inti.

Kedua, peningkatan kapasitas dosen dan mahasantri harus dipercepat melalui pelatihan, pendampingan riset, dan kerjasama dengan BRIN serta lembaga kajian manuskrip lainnya.

Ketiga, sistem penjaminan mutu Ma’had Aly memanfaatkan media digital untuk naskah, penguatan kurikulum, dan budaya publikasi ilmiah.

“Tiga fokus ini menjadi pondasi penting dalam mendorong Ma’had Aly sebagai pusat keunggulan turats dalam transformasi menuju Direktorat Jenderal Pesantren,”katanya.

BACA JUGA:Lama Bergulir, Alice Guo Buronan Filipina yang Kabur ke Indonesia, Kini Resmi Penjara Seumur Hidup Kasus TPPO!

BACA JUGA:Viral! Ribuan Warga Ponorogo Gelar Doa Bersama untuk Bupati yang Terjaring OTT KPK

Untuk menujudkan hal itu, Kasubdit Pendidikan Ma’had Aly, Mahrus menganggap penting adanya kolaborasi dengan lembaga riset nasional, sehingga ia menghadirkan Agus Siswanto selaku Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) sekaligus Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Dalam kesempatan itu, Agus Siswanto memaparkan data penting terkait manuskrip Nusantara, termasuk lebih dari 33 ribu koleksi Perpusnas serta ribuan manuskrip lain yang tersimpan di pesantren, keraton, dan masyarakat.

Kemenag Perkuat Penelitian Manuskrip dan Filologi, Gandeng BRIN dan MANASSA

Doni Bae

Doni Bae


bacakoran.co -- akan memperkuat penelitian atau berupa karya-karya yang ditulis ulama terdahulu dan pengembangan manhaj tahqiq (filologi).

pernyataan itu ditegaskan direktur pesantren kemenag,  basnang said dalam acara penguatan manhaj publikasi ilmiah yang diselenggarakan subdit pendidikan ma’had aly di jatibening, 19-21 november 2025.

dia menegaskan, ma’had aly harus tampil sebagai pelopor dalam penguatan tradisi ilmiah pesantren, khususnya dalam penelitian makhthuthat (manuskrip) dan pengembangan filologi.

basnang menilai bahwa momentum transformasi kelembagaan menuju direktorat jenderal pesantren,  harus dibarengi dengan penguatan budaya akademik yang lebih terukur, modern, dan berakar kuat pada tradisi keilmuan nusantara.



dikatakannya, filologi dan tahqiq merupakan ruh dari tradisi keilmuan dunia islam  (pesantren), tradisi yang diwariskan para ulama melalui penyalinan, pengkajian, dan penyuntingan naskah-naskah kuno karya ulama terdahulu atau turats secara teliti dan penuh integritas.

menurutnya, dalam konteks penguatan manhaj bahs ilmiah, filologi bukan hanya teknik akademik, tetapi juga jembatan yang menghubungkan pesantren dengan standar riset ilmiah dunia.

“pesantren memiliki warisan intelektual luar biasa yang belum seluruhnya kita kelola. ma’had aly adalah ujung tombak yang harus mampu membaca, mengkaji, dan mempublikasikan kekayaan turats secara ilmiah dan bertanggung jawab,”tegas basnang, seperti dikutpi dari laman kemenag.go.id, kamis (20/11).

kekayaan manuskrip di nusantara khususnya di pesantren yang tertulis di lontar, daluang, hingga kitab-kitab kuno beraksara arab, pegon, jawi merupakan modal besar yang tidak dimiliki institusi pendidikan lain.



dijabarkannya, penguatan ma’had aly harus bertumpu pada tiga agenda utama. pertama, ma’had aly perlu memperkuat manhaj kajian turats dan filologi sebagai karakter akademik khas pesantren, dengan menjadikan penelitian manuskrip dan naqd an-nash (kritik teks) sebagai bagian dari pembelajaran inti.

kedua, peningkatan kapasitas dosen dan mahasantri harus dipercepat melalui pelatihan, pendampingan riset, dan kerjasama dengan brin serta lembaga kajian manuskrip lainnya.

ketiga, sistem penjaminan mutu ma’had aly memanfaatkan media digital untuk naskah, penguatan kurikulum, dan budaya publikasi ilmiah.

“tiga fokus ini menjadi pondasi penting dalam mendorong ma’had aly sebagai pusat keunggulan turats dalam transformasi menuju direktorat jenderal pesantren,”katanya.



untuk menujudkan hal itu, kasubdit pendidikan ma’had aly, mahrus menganggap penting adanya kolaborasi dengan lembaga riset nasional, sehingga ia menghadirkan agus siswanto selaku ketua umum masyarakat pernaskahan nusantara (manassa) sekaligus peneliti badan riset dan inovasi nasional (brin).

dalam kesempatan itu, agus siswanto memaparkan data penting terkait manuskrip nusantara, termasuk lebih dari 33 ribu koleksi perpusnas serta ribuan manuskrip lain yang tersimpan di pesantren, keraton, dan masyarakat.

ia menegaskan bahwa kekayaan manuskrip keislaman di nusantara adalah warisan intelektual yang belum sepenuhnya digarap oleh institusi pendidikan islam, termasuk ma’had aly.

“pesantren pada dasarnya lahir dari tradisi literasi manuskrip. metode tahqiq (filologi) bukan hal asing. yang kita perlukan adalah sistem dan ekosistem akademik yang tepat,” ujar agus.

ia mencontohkan langkah beberapa pesantren yang telah memulai program digitalisasi dan inventarisasi naskah kuno, seperti pesantren qomaruddin gresik. agus menjelaskan bahwa penguatan penelitian manuskrip dan filologi merupakan bagian dari visi besar transformasi pesantren.

melihat antusiasme peserta kegiatan yang berasal dari unsur majelis masyayikh, asosiasi ma’had aly indonesia (amali), dewan mahasantri amali, muhadir/dosen, serta para ketua lppm ma’had aly, mahrus mengajak seluruh ma’had aly di indonesia untuk memperkuat tradisi akademik pesantren secara lebih terarah.

“kita memiliki khazanah luar biasa. tugas kita adalah membacanya, merawatnya, menelitinya, melestarikannya, dan mengenalkannya kepada dunia.” ujarnya.

Tag
Share