Pada tahun 2001, Tony Fernandes melakukan langkah berani yang akan mengubah hidupnya selamanya. Dia membeli AirAsia, sebuah maskapai penerbangan yang hampir gulung tikar, dari pemerintah Malaysia dengan harga yang sangat murah, kurang dari satu dolar.
Dengan semangat wirausaha dan dedikasi yang kuat, Fernandes berhasil mengubah AirAsia menjadi salah satu maskapai penerbangan terbesar dan paling sukses di Asia.
AirAsia dikenal dengan model bisnisnya yang hemat biaya, yang membuatnya menjadi pilihan utama bagi banyak pelancong yang mencari penerbangan terjangkau.
Selain sukses di dunia penerbangan, Tony Fernandes juga memiliki keterlibatan dalam dunia olahraga. Dia adalah pendiri tim Formula Satu Caterham F1 dan pada satu waktu memegang saham mayoritas di Queens Park Rangers Football Club.
Kontroversi ini, meskipun tampaknya bermula dari sebuah postingan media sosial yang sederhana, memiliki potensi dampak jangka panjang pada AirAsia dan Tony Fernandes.
Citra AirAsia sebagai maskapai penerbangan hemat biaya dan andal dapat terpengaruh oleh kontroversi ini. Pelanggan yang mempertimbangkan memilih AirAsia sebagai pilihan mereka mungkin merasa ragu karena perasaan ketidaknyamanan yang muncul akibat postingan tersebut. Ini bisa memengaruhi bisnis dan pendapatan perusahaan.
Tony Fernandes, yang telah membangun reputasi sebagai seorang pemimpin yang sukses dan profesional, mungkin harus menghadapi konsekuensi atas postingan kontroversial ini.
Pengguna media sosial dan bahkan pemegang saham AirAsia mungkin mempertanyakan kecerdasan dan kebijaksanaan tindakan tersebut.
Kontroversi ini juga memicu perdebatan tentang budaya kerja, terutama dalam konteks bekerja dari rumah. Beberapa orang melihatnya sebagai contoh bahwa bekerja dari rumah dapat lebih santai, sementara yang lain merasa bahwa batasan antara profesionalisme dan kehidupan pribadi harus tetap dijaga.
Sementara kontroversi ini telah menghasilkan banyak kritik dan perdebatan, dampak jangka panjangnya masih harus dilihat.
Bagaimanapun, ini adalah pengingat bahwa tindakan dan postingan di media sosial dapat memiliki konsekuensi serius, terutama ketika melibatkan figur publik dan perusahaan besar seperti AirAsia.
Kontroversi postingan Tony Fernandes, CEO AirAsia, yang menampilkan dirinya sedang dipijat tanpa mengenakan baju selama rapat manajemen, telah menciptakan gelombang reaksi di seluruh dunia.
Postingan tersebut memicu perdebatan tentang profesionalisme, budaya kerja, dan dampaknya terhadap citra AirAsia dan Tony Fernandes.