Sebuah solusi yang mungkin adalah mengadopsi pendekatan fleksibel dalam merayakan tradisi.
Keluarga dapat tetap mematuhi adat Jawa dengan menyesuaikan waktu pernikahan anak-anak mereka.
Tetapi tetap memastikan bahwa pernikahan tersebut dilakukan sesuai dengan ajaran Islam.
Ini dapat mencakup pemilihan tanggal yang berbeda dalam satu tahun.
Atau mencari cara kreatif untuk menggabungkan kedua tradisi tanpa mengorbankan nilai-nilai agama.
BACA JUGA:Awas Murtad! 10 Hal Berikut Menjadi Pembatal Keislaman Kamu, Jangan Lalai!
Meningkatkan kesadaran komunitas tentang ajaran Islam terkait pernikahan dapat menjadi langkah penting.
Edukasi mengenai nilai-nilai agama dan bagaimana hal tersebut tidak selalu bertentangan dengan tradisi lokal.
Dapat membantu membangun pemahaman yang lebih baik di antara masyarakat.
Program-program pendidikan dan diskusi kelompok dapat menjadi sarana efektif untuk mencapai tujuan ini.
BACA JUGA:Islam Akan Kembali Asing? Yuk Simak, Biar Tau Makna Dari Hadist Tersebut!
Konflik antara adat Jawa dan ajaran Islam terkait pembatasan pernikahan pada tahun yang sama menunjukkan kompleksitas.
Dalam merawat tradisi lokal di tengah-tengah arus globalisasi.
Pentingnya dialog antargenerasi, pendekatan fleksibel.
Dan pendidikan masyarakat menjadi faktor kunci dalam menanggapi tantangan ini.
BACA JUGA:Waspada! 3 Ciri Orang Munafik dalam Islam, Ustadzah Basma Syahab: Jangan Percaya Berlebihan