BACAKORAN.CO - Sebuah film dokumenter berjudul Dirty Vote baru-baru ini menghebohkan publik Indonesia. Film yang disutradarai oleh Dhandy Laksono ini mengungkap fakta-fakta mengejutkan tentang bagaimana Partai Gelora bisa lolos menjadi peserta Pemilu 2024, meskipun tidak memenuhi syarat.
Film ini juga menyoroti sosok Fahri Hamzah, salah satu pendiri Partai Gelora, yang dituding telah berubah total sikapnya setelah partainya lolos.
Fahri Hamzah, yang dulu dikenal sebagai politisi kritis dan vokal, kini tampak lebih diam dan defensif.
Muhammad Said Didu, seorang pengamat politik yang kerap melontarkan kritik tajam, tidak menyembunyikan kekecewaannya terhadap Fahri Hamzah. Dalam akun media sosialnya, Said Didu menulis:
“Makin terbuka kenapa Pak Fahri Hamzah berubah total. Silakan publik menilai.” (@msaid_didu, 12/2/2024)
BACA JUGA:Dirty Vote: Film Dokumenter yang Bikin Heboh Pemilu 2024
Film Dirty Vote mengungkap beberapa kejanggalan yang terjadi dalam proses verifikasi Partai Gelora oleh KPU. Salah satunya adalah adanya instruksi untuk mengubah status Partai Gelora dari tidak memenuhi syarat menjadi memenuhi syarat di Kabupaten Murung Kaya, Kalimantan Tengah.
Zainal Arifin Mochtar, seorang pakar hukum dan ilmu tata negara, yang menjadi narasumber dalam film ini, menjelaskan bahwa Partai Gelora sebenarnya tidak memenuhi syarat jumlah anggota di kabupaten tersebut.
Dari 114 kartu tanda anggota yang diuji petik, hanya 85 orang yang terverifikasi. Namun, secara ajaib, Partai Gelora tetap dinyatakan lolos.
“Partai ini lolos dengan cara yang tidak wajar. Ini adalah bentuk kecurangan yang sangat serius,” kata Zainal.
Bukan hanya itu, film ini juga menyoroti kasus di Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara, di mana salah satu pegawai negeri sipil mengaku telah melakukan kecurangan untuk memuluskan lolosnya Partai Gelora.
Pegawai tersebut mengaku mendapat tekanan dari pihak-pihak tertentu yang berkepentingan.
“Ada apa dengan Gelora? Kita harus ingat, Gelora adalah Partai yang didirikan oleh PKS.
Sekarang Gelora berada di koalisi 02 yang di situ ada anak Presiden dan PKS berada di 01,” kata Zainal.
Zainal menilai bahwa lolosnya Partai Gelora bisa berdampak pada dinamika politik di Indonesia, terutama pada pemilih PKS, yang selama ini dikenal sebagai pemilih yang loyal dan militan.
Apakah pemilih PKS akan beralih ke Partai Gelora, atau tetap setia dengan PKS?
“Ini adalah pertanyaan yang menarik. Bagaimana sikap pemilih PKS terhadap Partai Gelora, yang merupakan anak kandung PKS, tetapi kini berseberangan dengan PKS? Apakah mereka akan memilih berdasarkan ideologi, atau berdasarkan loyalitas?” tanya Zainal.
BACA JUGA:Bawaslu Dorong Cegah Kecurangan Pemilu Melalui Festival Budaya, Begini Caranya...
Film Dirty Vote telah menimbulkan banyak reaksi dari berbagai pihak, baik yang pro maupun kontra.
Film ini juga telah menjadi trending topic di media sosial, dan mendapat banyak tanggapan dari netizen.
Bagaimana pendapat Anda tentang film ini? Apakah Anda setuju dengan isi film ini, ataukah Anda meragukan kebenarannya?