BACAKORAN.CO - Merger antara dua raksasa teknologi di Asia Tenggara, Grab Holdings Ltd dan GoTo Group, menjadi salah satu isu yang mengguncang pasar modal Indonesia.
Pasalnya, kedua perusahaan tersebut merupakan pemain dominan di berbagai sektor, mulai dari transportasi online, e-commerce, hingga fintech.
Apa yang akan terjadi jika merger ini benar-benar terwujud? Bagaimana prospek saham GOTO, yang merupakan hasil penggabungan antara Gojek dan Tokopedia, di tengah isu merger ini?
Sejumlah analis menilai bahwa merger antara Grab dan GOTO memiliki potensi yang besar untuk menciptakan sinergi dan efisiensi bisnis.
Dengan bergabungnya dua perusahaan tersebut, diharapkan dapat mengurangi persaingan yang ketat dan menghemat biaya operasional yang tinggi.
Selain itu, merger ini juga dapat memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan pangsa pasar kedua perusahaan di kawasan Asia Tenggara.
BACA JUGA:Wow! Pelajar Raih Triliunan Rupiah di Pasar Modal Indonesia,Generasi Muda Jadi Kekuatan Baru!
Namun, merger antara Grab dan GOTO juga menghadapi sejumlah tantangan dan hambatan, baik dari sisi regulasi, persaingan, maupun kultur perusahaan.
Salah satu tantangan utama adalah masalah kebijakan monopoli yang ada di Indonesia, yang dapat mengancam kelangsungan merger ini.
Menurut analis NH Korindo Sekuritas Richard Jonathan Halim, salah satu solusi yang mungkin adalah Grab mengambil alih operasi Gojek yang ada di luar Indonesia, seperti Vietnam dan Singapura, sementara GOTO tetap menguasai pasar dalam negeri.
Dengan demikian, GOTO dapat mengurangi beban operasional dan meningkatkan profitabilitasnya.
Sementara itu, saham GOTO sendiri masih dinilai prospektif oleh para analis, meskipun terkoreksi akibat isu merger ini.
BACA JUGA:Pacu Literasi dan Inklusi Pasar Modal
Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova merekomendasikan saham GOTO untuk hold atau trading buy di area Rp78-Rp81 per saham, dengan target harga Rp92, Rp97, dan Rp105.
Ivan menilai bahwa GOTO memiliki fundamental dan posisi keuangan yang semakin kuat, dengan mencapai target EBITDA positif di kuartal IV/2023 dan melampaui panduan kinerja EBITDA untuk 2023.
Selain itu, GOTO juga akan mendapatkan pendapatan jasa e-commerce dari Tokopedia setiap kuartal, yang akan berkontribusi langsung pada EBITDA grup.
Di sisi lain, manajemen GOTO sendiri membantah adanya isu merger dengan Grab.
Melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), GOTO menyatakan bahwa pihaknya baru mengetahui adanya berita terkait isu merger tersebut di media massa, dan tidak dapat mengomentari rumor yang beredar di pasar.
BACA JUGA:Era Digital! E-Commerce Tak Bisa Ditutup, Zulhas Pedagang Harus Belajar