Sementara itu, pihak setempat mengimbau warga untuk semakin waspada dan mengikuti protokol keamanan saat beraktivitas di sekitar kawasan hutan.
Beberapa protokol keamanan yang disarankan antara lain adalah:
- Menggunakan topi terbalik saat berjalan di hutan, agar harimau mengira ada mata di belakang kepala dan tidak menyerang dari belakang.
BACA JUGA:Harimau Sumatera, Populasinya Terus Berkurang Namun Masih Terpantau di Wilayah Sumatera Selatan
- Membawa senjata tajam, seperti pisau, parang, atau tombak, untuk membela diri jika diserang harimau.
- Membuat api unggun atau membawa senter, untuk menakut-nakuti harimau dengan cahaya dan suara.
- Berjalan berkelompok dan tidak berpisah, untuk mengurangi risiko menjadi sasaran harimau.
- Menghindari berburu atau mencari kayu bakar di hutan, untuk mengurangi kontak dengan harimau.
- Melaporkan keberadaan harimau kepada pihak berwenang, jika melihat atau mendengar tanda-tanda harimau di sekitar.
Serangan harimau di Lampung ini menambah daftar panjang konflik manusia dan harimau di Indonesia, yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perusakan habitat, perburuan liar, dan konversi lahan.
Menurut data WWF Indonesia, sejak tahun 2009 hingga 2018, terdapat 144 kasus konflik manusia dan harimau di Sumatera, yang menewaskan 24 orang dan 34 harimau.***