Hadist tentang Prahara Besar 15 Ramadhan, Benarkah? Bagaimana Kita Menyikapinya!

Jumat 08 Mar 2024 - 10:55 WIB
Reporter : djarwo
Editor : djarwo

Kita perlu meneliti sanad dan matan hadits ini, serta mengevaluasi derajat dan status hadits ini, apakah shahih, hasan, dhaif, atau maudhu.

Kita juga perlu membandingkan hadits ini dengan hadits-hadits lain yang sejenis atau berkaitan, serta menimbang kritik dan komentar para ulama dan cendekiawan terhadap hadits ini.

3. Makna dan implikasi hadits ini dalam kehidupan umat Islam.

Kita perlu menggali pesan dan hikmah yang terkandung dalam hadits ini, serta mengaplikasikannya dalam konteks zaman dan tempat yang berbeda.

Kita juga perlu bersikap bijak dan hati-hati dalam menanggapi hadits ini, serta menghindari sikap ekstrem, seperti mengabaikan, menolak, atau mempertentangkannya tanpa alasan yang kuat, atau sebaliknya, mengagungkan, membenarkan, atau memaksakannya tanpa pertimbangan yang matang.

Dari hasil telaah dan kajian yang mendalam, kita dapat menarik beberapa kesimpulan, antara lain:

BACA JUGA:MUI Mengimbau Masyarakat Indonesia Lebih Selektif Memilih Produk yang Tidak Pro-Israel untuk Hampers Ramadhan

1. Hadits ini memiliki status yang lemah atau palsu, karena sanadnya tidak terjaga dan matannya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariat.

Para ulama dan cendekiawan yang ahli dalam bidang hadits, seperti Imam al-'Uqaili, Imam Ibnu al-Jauzi, Imam ad-Dzahabi, dan lain-lain, telah menyatakan bahwa hadits ini tidak dapat dijadikan sebagai hujjah atau dalil dalam masalah agama.

2. Hadits ini memiliki makna yang metaforis atau kiasan, bukan harfiah atau nyata.

Suara keras yang disebutkan dalam hadits ini bukan berarti suara yang berasal dari langit atau bumi, melainkan suara yang berasal dari hati atau jiwa manusia.

Suara itu menunjukkan ketakutan, kecemasan, atau kegelisahan yang dirasakan oleh manusia karena berbagai bencana, fitnah, atau huru-hara yang terjadi di dunia.

Suara itu juga menunjukkan kebutuhan, keinginan, atau harapan manusia akan kedamaian, keadilan, atau kebahagiaan yang hilang di dunia.

3. Hadits ini memiliki tujuan yang edukatif atau motivatif, bukan prediktif atau informatif.

Rasulullah SAW tidak bermaksud untuk memberitahu atau meramalkan peristiwa yang akan terjadi pada tanggal 15 Ramadan, melainkan untuk mengajak atau mengingatkan umat Islam untuk selalu waspada, siaga, dan berhati-hati dalam menghadapi segala kemungkinan yang dapat terjadi di dunia.

Rasulullah SAW juga bermaksud untuk mengajak atau mengingatkan umat Islam untuk selalu beriman, bertakwa, dan beramal shalih dalam menjalani kehidupan di dunia.

Kategori :