Pertumbuhan PDB AS dalam dua kuartal terakhir jauh melampaui perkiraan, terutama karena belanja konsumen yang kuat.
AS juga memiliki keunggulan dengan stimulus pandemi sebesar US$5 triliun yang membantu keuangan rumah tangga dan ketergantungan energi yang lebih rendah terhadap Rusia.
Hanya saja, data penjualan ritel AS bulan Januari menunjukkan penurunan.
BACA JUGA:Ada Pemilu, Simak Penjelasan Sri Mulyani Soal Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI di 2024
Menandakan bahwa warga AS menahan konsumsi setelah musim liburan.
Meski pasar tenaga kerja tetap kuat dengan tingkat pengangguran di bawah 4 persen selama 2 tahun berturut-turut.
Walau tidak disadari, AS bisa saja masuk ke dalam resesi.
Business Cycle Dating Committee di National Bureau of Economic Research menyatakan bahwa permulaan resesi bisa terjadi secara retroaktif, dengan penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang berlangsung lebih dari beberapa bulan.
BACA JUGA:Perbedaan Sistem Perekonomian Ideologi Kapitalis, Sosialisme, dan Komunisme yang Kamu Harus Tahu!
Meskipun tidak ada aturan pasti, faktor lain yang dianggap mempengaruhi termasuk tingkat pengangguran yang tinggi, penurunan pendapatan, penurunan besar dalam pengeluaran, atau pertumbuhan ekonomi yang negatif.
Philipp Carlsson-Szlezak, kepala ekonom global Boston Consulting Group, tidak memprediksi bahwa AS akan masuk ke dalam resesi tahun ini.
Menurutnya, tahun ini akan menjadi tahun dengan pertumbuhan yang lambat.
Meski kemungkinan resesi kecil, satu hal yang dapat menyebabkan AS masuk ke dalam resesi adalah jika Fed tidak memangkas suku bunga sama sekali tahun ini.
BACA JUGA:Pasar Menanti Sentimen Ekonomi AS, Rupiah Makin Loyo Perdagangan Hari Ini