BACAKORAN.CO - Komoditas kakao menjadi penyumbang ketiga terbesar ekspor Indonesia.
Itu tak lain lantaran tanaman kakao ini sangat cocok dengan iklim Indonesia dan memiliki potensi peningkatan produksi.
Sayangnya, upaya peningkatan produksi dan perluasan lahan perkebunan kakao masih menghadapi sejumlah kendala.
Salah satunya yakni ketersediaan bibit.
BACA JUGA:Izin Dicabut OJK, Pinjol Pertanian Ini Dilarang Lakukan Semua Kegiatan Usaha
Di mana, Indonesia membutuhkan 800 juta bibit kakao.
Sedangkan saat ini Indonesia hanya memiliki sekitar 2 juta bibit kakao.
"(Tanaman) Kakao membutuhkan 800 juta bibit, sementara kita (Indonesia) hanya memiliki 2 juta bibit," ungkap Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan saat rapat internal di Istana Kepresidenan.
Nah, fasilitas Taman Sains dan Teknologi Herbal dan Hortikultura (TSTH) di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, dapat membantu memenuhi kebutuhan tersebut.
BACA JUGA:Dikenal Sebagai Daerah Pertanian Ternyata Penduduk Miskin di OKU Timur Tak Sampai 10 %
Dengan fasilitas TSTH di Humbang Hasundutan, Luhut optimis Indonesia dapat menghasilkan bibit berkualitas tinggi melalui teknologi genomik atau rekayasa genetika.
"Jadi, program genomik bisa diterapkan di sini," terangnya.
Fasilitas TSTH di Humbang Hasundutan, lanjut Luhut, sedang dipersiapkan untuk tahap kedua dan dijadwalkan selesai pada Februari 2025 mendatang.