Panen Support, MK Apresiasi Mahasiswa, Guru Besar, Aktivis dan Berbagai Kalangan yang Turun ke Jalan...

Kamis 22 Aug 2024 - 15:08 WIB
Reporter : Yanti D.P
Editor : Yanti D.P

Sementara itu, aktivis mahasiswa dari Universitas Islam Bandung akan melakukan orasi di Gedung DPRD Jawa Barat dengan seruan "Rakyat Gugat Negara."

BACA JUGA:Profil Azizah Salsha Istri Pratama Arhan: Selebgram yang Diduga Berselingkuh dengan Salim Nauderer Ex Rachel

BACA JUGA:Viral! Netizen Heboh Sebut 3some dalam Isu Perselingkuhan Azizah Salsha dengan Salim Nauderer

Sorotan publik kini tertuju pada DPR RI di Senayan, pasca putusan MK terkait pilkada.

DPR dan pemerintah terindikasi menganulir dua putusan MK terkait ambang batas dan batas usia calon kepala daerah.

Putusan MK dalam perkara Nomor 60/PUU-XXII/2024 mengubah syarat partai politik untuk mengusung calon kepala daerah dari jumlah kursi DPRD menjadi jumlah raihan suara pada pemilihan legislatif terakhir.

Sementara itu, putusan MK dalam perkara No.70/PUU-XXII/2024 menyatakan bahwa usia minimum calon gubernur dan calon wakil gubernur harus 30 tahun saat ditetapkan sebagai pasangan calon.

Namun, DPR berusaha menganulir kedua putusan ini melalui revisi UU Pilkada yang disepakati dalam rapat pengambilan keputusan tingkat pertama di Baleg DPR.

BACA JUGA:Revisi Kilat UU Pilkada Versi DPR, Umur 30 Tahun saat Dilantik Jadi Gubernur, Karpet Merah Kaesang!

BACA JUGA:Info Loker! Kementrian Keuangan Buka Lowongan CPNS 2024, Berikut Persyaratan dan Tanggal Pendaftarannya...

Baleg hanya mengubah ambang batas pencalonan kepala daerah bagi partai politik tanpa kursi DPRD, meskipun putusan MK menyatakan perubahan ambang batas juga berlaku untuk partai yang memiliki kursi DPRD.

Baleg juga mengutak-atik batas usia kepala daerah dengan menyatakan bahwa usia minimum 30 tahun dihitung sejak pelantikan pasangan terpilih, merujuk pada putusan Mahkamah Agung (MA) No.23 P/HUM/2024.

Titi Anggraini, anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), menegaskan bahwa putusan MK harus dipedomani oleh semua pihak, termasuk DPR, pemerintah, dan Mahkamah Agung.

"Ketika MK sudah memberi tafsir, maka itulah ketentuan yang harus diikuti semua pihak," jelasnya.

Dari 9 fraksi di parlemen, hanya PDI Perjuangan yang menolak revisi UU Pilkada dibawa dan disahkan dalam rapat pengambilan keputusan tingkat kedua atau rapat paripurna DPR yang digelar hari ini.

"Keputusan revisi UU Pilkada saat ini tidak sejalan dengan keinginan rakyat," tandas salah satu anggota fraksi PDIP.

Kategori :