"Dan kita juga akan menyuarakan bersama dengan troop contributor lainnya bahwa yang menjadi isu safety dan security dari personel peacekeeping operation merupakan share responsibility seluruh anggota PBB. Jadi tidak ada satupun negara anggota PBB dapat lepas kewajibannya untuk turut menjaga safety and security personel peacekeeping operational PBB," tegasnya.
Sebelumnya, Berdalih sebagai upaya menumpas milisi Hizbullah yang didukung Iran, Israel terus melancarkan serangan udara di wilayah Lebanon.
Menyusul dilakukannya gempuran tersebut, Israel telah memerintahkan evakuasi warga di Nabatieh, ibu kota provinsi di Lebanon Selatan, dan beberapa kota serta desa di utara Sungai Litani.
Wilayah ini terletak di tepi utara zona perbatasan yang sebelumnya telah ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB setelah perang Israel-Hizbullah pada 2006.
Pengungsi dari wilayah-wilayah tersebut akan bergabung dengan lebih dari satu juta orang lainnya yang telah melarikan diri dari pertempuran.
BACA JUGA:Presiden Rusia Mengutuk Keras Serangan Israel di Perbatasan Lebanon, Begini Tanggapan PM Netanyahu
Kondisi ini semakin membebani sumber daya Lebanon yang sudah terbatas akibat krisis ekonomi dan kemanusiaan yang berkepanjangan.
Ketegangan meningkat di wilayah tersebut setelah Hizbullah meluncurkan hampir 200 roket dan drone ke Israel utara dalam waktu sehari.
Selain serangan di perbatasan, Israel pun melanjutkan gempuran udara ke posisi Hizbullah di Beirut.
Sejak Kamis sore hingga larut malam, beberapa ledakan terdengar di ibu kota Lebanon, termasuk di pinggiran Dahiyeh, yang dikenal sebagai benteng kuat Hizbullah.
BACA JUGA:Israel Serang dan Bombardir Lebanon! 200 Ribu Lebih Warganya Mengungsi ke Suriah
Seorang sumber yang dekat dengan Hizbullah melaporkan Israel telah melancarkan 11 serangan berturut-turut di Beirut.
Salah satunya menargetkan kantor media kelompok tersebut.
Media Israel melaporkan Hachem Safieddine, yang diperkirakan akan menjadi pemimpin Hizbullah berikutnya, menjadi target utama dalam serangan di Dahiyeh.