BACAKORAN.CO - Misi perdamaian PBB di Lebanon, UNIFIL pastikan akan tetap siaga di pos Lebanon Selatan.
Kebijakan ini diambil meskipun serangan Israel Kamis (10/10/2024) melukai dua anggota UNIFIL dari Indonesia (TNI).
Dikutip dari Reuters, Andrea selaku Juru Bicara UNIFIL mengatakan serangan Israel tersebut menggunakan peluru tank dan tembakan senjata ringan, serangan ini juga sempat melumpuhkan pantauan pasukan mereka.
"Jelas, ini mungkin salah satu peristiwa atau insiden paling serius yang telah kita saksikan dalam 12 bulan terakhir," kata Tenenti, mengacu pada baku tembak antara pasukan Israel dan Hizbullah — kelompok politik dan milisi Lebanon yang bermusuh dengan Israel.
BACA JUGA:Stop Pakai Rinso! Temukan 6 Detergen Bubuk Bebas Afiliasi Israel yang Ampuh dan Ramah Lingkungan
Tank Israel telah menembaki menara pengawas di markas utama UNIFIL di Naqoura, Naqoura sendiri letaknya berada di Selatan Lebanon dalam area yang disebut Blue Line.
Pasukan perdamaian PBB berada pada kawasan itu di bawah mandat dewan keamanan PBB untuk mendukung stabilitas di Lebanon.
Meskipun terdapat insiden tersebut, sebanyak 50 negara kontributor UNIFIL tetap akan dan sepakat mengerahkan lebih dari 10.000 pasukan berjaga di wilayah Libanon Selatan.
"Kami berada di sana karena Dewan Keamanan (PBB) telah meminta kami untuk berada di sana. Jadi kami akan tinggal sampai situasinya tidak memungkinkan untuk kami beroperasi," jelas Tenenti.
BACA JUGA:Mengkhawatirkan! Pasukan PBB di Lebanon Waspada, Israel Bangun Pangkalan di Area Tersebut
Sebelumnya dua personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) terluka akibat serangan yang dilancarkan oleh Israel di Lebanon selatan pada Kamis (10/10) malam waktu setempat.
Serangan tersebut menargetkan markas pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Lebanon, atau UNIFIL, yang terletak di Naqoura, dan telah diakui oleh Israel.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengonfirmasi menjelaskan kedua prajurit TNI yang terluka merupakan bagian dari kontingen UNIFIL.