1 Meninggal Akibat Gigitan Nyamuk, Kasus DBD di Muara Enim Meningkat
MENINGKAT : Kadinkes Muara Enim dr Eni Zatila MkM mengatakan Sejak Desember 2023 Hingga Februari 2024, Kasus DBD di Muara Enim Meningkat. (foto: gite/sumeks.id) --
BACAKORAN.CO -- 1 Orang warga Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan dikabarkan meninggal dunia akibat penyakit yang ditularkan gigitan nyamuk aides aigypti yaitu demam berdarah dengue (DBD).
Sejak memasuki musim penghujan tahun 2024, jumlah kasus warga terserang Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Muara Enim meningkat.
Berdasarkan data selama 2024 tercatat ada 96 kasus DBD di Kabupaten Muara Enim dengan satu orang meninggal dunia karena terkena DBD.
.
"Kasus DBD ini meningkat dari bulan Desember 2023 sampai Februari 2024, karena peralihan musim dari kemarau ke musim penghujan," ujar Kadinkes Muara Enim dr Eni Zatila MkM, Kamis, 22 Februri 2024.
BACA JUGA:Waspada! Kasus Wabah DBD di Palembang Meningkat, 216 Orang Terjangkit dan 7 Meninggal Dunia...
BACA JUGA:Fogging Cegah Wabah DBD, Perangi Nyamuk Aides Aedes. Jumlah Penderita Melonjak!
Karena adanya peningkatan penderrita penyakit tersebut, hal yang terpenting dilakukan, kata dia, adalah pencegahan, seperti pembasmian sarang nyamuk.
Masyarakat dihimbau untuk membersihkan lingkungannya jangan sampai ada tempat nyamuk bersarang. "Nyamuk biasa bersarang di air yang menggenang di ban-ban dan kaleng-kaleng bekas juga ember-ember penampungan air," terangnya.
Desember 2023 lalu kata dia sudah ada edaran Bupati untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap DBD, keseluruh Camat dan OPD untuk disampaikan ke masyarakat
Menurutnya, jika hanya mengandalkan fooging yang dilakukan petugas, hal ini kurang efektif.
BACA JUGA:Tak Berdaya Hadapi Thailand di Laga Perdana Kualifikasi FIB Asia Cup 2025, Begini Kata Pelatih Milos Pejic
Karena fooging kata dia hanya dilakukan di wilayah yang ada temuan kasus DBD, karena di wilayah tersebut sudah ada nyamuk dengan virus dengue.
Pemberian fooging juga hanya diameter 100 rumah, hitungannya jarak terbang nyamuk.
Dirinya sudah mengimbau Puskesmas untuk meningkatkan pemahaman terkait hal ini, dari 96 kasus temuan yang terpapar DBD paling tinggi di wilayah Muara Enim dan Tanjung Enim.
Dari 96 kasus yang ada, ada yang meninggal dimana itu dikarenakan terlambat mendeteksi, jadi pihaknya sudah melakukan penyuluhan terhadap masyarakat.
BACA JUGA:PJ Bupati Banyuasin Ajak Teladani Kemuliaan Sifat dan Akhlak Nabi Muhammad
BACA JUGA:Waduh, Masih Ada 12 Juta WP “Bandel” Belum Padankan NIK dengan NPWP, DJP Ungkap Alasannya!
"Apabila ada warga yang mengalami demam tinggi dan panasnya tidak turun, di hari ketiga masyarakat kerap lengah saat panas sang anak turun, trombosit juga ikut mengalami penurunan, inilah yang berbahaya memanifestasi pendarahan," ungkapnya.
Misalnya, pendarahan bisa dari hidung dan muncul ruam merah, kemudian lemas dan lesu, ini harus segera dibawa ke rumah sakit karena kalau terlambat mendeteksi bisa fatal.
Di beberapa tempat yang kesulitan mendapatkan air bersih biasanya melakukan penampungan air, seperti halnya di perumahan Bara Lestari Tanjung Enim, hitungan peningkatan pertahunnya tidak terlalu ada perbedaan, hanya kalau dilihat dari perpindahan musim kemarau ke musim penghujan ini mengalami lonjakan grafik.
"Peningkatan ini tidak hanya di Muara Enim tapi mengalami peningkatan di seluruh wilayah di Sumatera Selatan, oleh itu kemaren provinsi juga meminta untuk membuat edaran bersama, karena kasus DBD cukup tinggi, seperti di Palembang, Ogan Ilir dan Prabumulih," bebernya.
BACA JUGA:4 Tips Cara Mengajarkan Anak Laki-Laki dan Perempuan Agar Jadi Pribadi yang Baik dari dr Aisah Dahlan
Kasus DBD biasanya melandai ketika memasuki musim kemarau dari April grafiknya biasanya akan menurun, mengahadapi ini. "Kami berharap ada tindakan bersama dari semua pihak termasuk masyarakat untuk melakukan pencegahan ini," pungkasnya.