Waspada! Masyarakat Berpendidikan Tinggi Kerap Jadi Korban Penipuan Investasi, OJK Ungkap Penyebabnya!

Tak hanya masyarakat berpendidikan rendah, OJK ungkap bahwa masyarakat berpendidikan tinggi pun tak jarang menjadi korban penipuan investasi.--freepik

BACAKORAN.CO – Tingkat pendidikan tidak menjamin seseorang bisa terhindar dari aksi penipuan investasi.

Bahkan, dalam sejumlah kasus, korban penipuan investasi tak hanya masyarakat berpendidikan rendah.

Tapi juga mereka yang berpendidikan tinggi, bergelar sarjana hingga doktor.

Seperti diungkap Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jarang masyarakat berpendidikan menjadi korban penipuan investasi.

BACA JUGA:Kakak Adik Hacker Tulung Selapan Beraksi, Raup Uang Ratusan Juta, Modus Penipuannya Sedang Marak!

BACA JUGA:Waspada, 3 Cara Cek Rekening Secara Online Untuk Hindari Penipuan, Yuk Langsung Praktikan!

Meski Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) pada 2022 menunjukkan literasi keuangan masyarakat berbanding lurus dengan tingkat pendidikan, namun kenyataannya berbeda.

Kepala Eksekutif Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengatakan, pihaknya sering menemukan masyarakat yang berpendidikan tinggi justru menjadi korban penipuan.

Ini tidak hanya terkait dengan aktivitas keuangan ilegal, tetapi juga melibatkan Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) resmi.

“Mereka mendepositokan uang mereka tidak secara resmi,” ungkap Friderica.

BACA JUGA:Bingung! Marak Penipuan, Polisi Malah Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Ini Aturannya

BACA JUGA:Hati-Hati! Marak Modus Penipuan Kuras Rekening, OJK Beberkan Modus Baru, Yuk Simak!

Misalnya, uang dititipkan kepada orang yang mereka percaya seperti sales atau agen.

Contohnya nasabah-nasabah prioritas, karena terlalu percaya mereka kadang-kadang mau menandatangani blanko kosong, yang kemudian menyebabkan sengketa antara konsumen.

Waspada! Masyarakat Berpendidikan Tinggi Kerap Jadi Korban Penipuan Investasi, OJK Ungkap Penyebabnya!

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co – tingkat pendidikan tidak menjamin seseorang bisa terhindar dari investasi.

bahkan, dalam sejumlah kasus, korban penipuan investasi tak hanya masyarakat berpendidikan rendah.

tapi juga mereka yang berpendidikan tinggi, bergelar sarjana hingga doktor.

seperti diungkap , jarang masyarakat berpendidikan menjadi korban penipuan investasi.

meski survei nasional literasi dan inklusi keuangan (snlik) pada 2022 menunjukkan literasi keuangan masyarakat berbanding lurus dengan tingkat pendidikan, namun kenyataannya berbeda.

kepala eksekutif pelaku usaha jasa keuangan, edukasi, dan perlindungan konsumen ojk friderica widyasari dewi mengatakan, pihaknya sering menemukan masyarakat yang berpendidikan tinggi justru menjadi korban penipuan.

ini tidak hanya terkait dengan aktivitas keuangan ilegal, tetapi juga melibatkan pelaku usaha jasa keuangan (pujk) resmi.

“mereka mendepositokan uang mereka tidak secara resmi,” ungkap friderica.

misalnya, uang dititipkan kepada orang yang mereka percaya seperti sales atau agen.

contohnya nasabah-nasabah prioritas, karena terlalu percaya mereka kadang-kadang mau menandatangani blanko kosong, yang kemudian menyebabkan sengketa antara konsumen.

kiki--panggilan akrab frederica menekankan, literasi keuangan kepada masyarakat harus terus diupayakan.

ojk, melalui satuan tugas pemberantas aktivitas keuangan ilegal (satgas pasti), terus melakukan program edukasi dan sosialisasi untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap berbagai penawaran investasi illegal.

seperti melalui seminar, iklan layanan masyarakat, dan lainnya.

kiki menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat berpendidikan masih menjadi korban penipuan.

salah satunya adalah harapan psikologis untuk mendapatkan keuntungan tinggi dengan cepat. “konsumen yang berpendidikan dengan uang yang cukup besar kemudian tergiur oleh iming-iming return yang sangat tinggi dan tidak masuk akal,” terangnya.

selain itu, kurangnya akses formal seperti perbankan mungkin membuat masyarakat beralih ke investasi ilegal.

perkembangan teknologi juga menjadi faktor yang memudahkan penyebaran informasi, termasuk hoaks.

kiki menyebut modus operandi penipu semakin canggih karena mereka juga melakukan inovasi.

ia mengajak semua pihak untuk meningkatkan literasi keuangan kepada masyarakat.

terutama terkait dengan bahaya investasi ilegal serta pentingnya berperilaku hati-hati.

misalnya terlalu percaya saja, saat terjadi sesuatu menyalahkan pujk.

padahal aksi penipuan itu ternyata dilakukan oknum karena konsumen sendiri tidak bertanggung jawab perilakunya.

“oleh karena itu, dia juga harus berperilaku berhati-hati,” pungkasnya.

Tag
Share