BACAKORAN.CO – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cerah.
Mata uang Garuda rupiah terapresiasi 1,46 persen ke posisi Rp15.460 per USD pada perdagangan Rabu (15/11/2023).
Penguatan ini melanjutkan tren positif rupiah yang juga ditutup menguat 6,5 poin atau 0,04 persen ke posisi Rp15.694 per USD pada perdagangan, Selasa, (14/11/2023).
Kondisi sebaliknya, indeks dolar AS terpantau melemah ke level 105,59.
BACA JUGA:Rupiah Bak Roller Coaster, Saatnya Beli atau Jual Dolar?
Mata uang di kawasan Asia terpantau bervariasi, seperti yen Jepang menguat 0,06 persen, rupee India terapresiasi 0,02 persen, dan dolar Hongkong naik 0,02 persen.
Sementara itu, mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS yakni dolar Singapura turun 0,11 persen, yuan China melemah 0,07 persen, dolar Taiwan melemah 0,08 persen, won Korea anjlok 0,30 persen, peso Filipina turun tipis 0,01 persen, ringgit Malaysia dan baht Thailand masing-masing terkoreksi 0,23 persen dan 0,29 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, perhatian pasar tertuju pada data inflasi indeks harga konsumen utama (CPI) AS yang diperkirakan menunjukkan penurunan inflasi hingga Oktober.
“Setelah inflasi meningkat melampaui ekspektasi selama dua bulan terakhir," terang Ibrahim.
BACA JUGA:Keperkasaan Rupiah Kemungkinan Berlanjut Pekan Depan
Hal itu seiring dengan proyeksi para petinggi Bank Sentral AS yang memperingatkan bahwa inflasi tinggi akan menjadi dorongan untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut dan diprediksi melemahkan aset-aset berisiko.
Di lain sisi, kekhawatiran pasar terhadap ekonomi Tiongkok juga membebani sentimen regional.
Pasalnya, data menunjukkan perlambatan lebih lanjut dalam aktivitas pinjaman di negara tersebut hingga Oktober 2023.
Likuiditas Negeri Tirai Bambu pun mengalami penurunan meskipun ada langkah-langkah stimulus baru dari pemerintah.
BACA JUGA:Tren Berlanjut, Rupiah Dibuka Perkasa ke Rp15.576
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menerangkan, penguatan rupiah ditopang oleh kabar baik dari AS.
Baru saja diumumkan inflasi AS turun dari 3,7 persen menjadi 3,2 persen pada Oktober 2023.
Hal itu mendorong sentimen bahwa Bank Sentral AS tidak akan menaikkan FFR.
Pada Oktober 2023, inflasi AS masih berada di angka 3,7 persen (yoy) atau jauh di bawah target bank sentral di kisaran 2 persen.
BACA JUGA:Rupiah Ditutup Stabil Menguat, Paling Perkasa di Asia
The Fed pada akhirnya memilih untuk menahan suku bunga di level 5,25-5,50 persen.
Situasi ini akan mendorong aliran modal kembali ke negara berkembang.
“Hampir seluruh mata uang global kini menguat terhadap dolar AS,” tukasnya.
Kategori :