BACAKORAN.CO – Nilai tukar rupiah diprediksi kembali melanjutkan pelemahannya pada perdagangan awal pekan ini.
Pelemahan mata uang Garuda dipengaruhi oleh data tenaga kerja Amerika Serika (AS) yang telah diumumkan.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong mengatakan, untuk faktor eksternal, rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang rebound setelah data tenaga kerja AS Non-Farm Payroll (NFP) lebih kuat dari perkiraan.
Adapun faktor domestik, para investor mengantisipasi data penjualan ritel Indonesia pada bulan November.
BACA JUGA:Investor Ragu The Fed Pangkas Suku Bunga, Rupiah Merana
“Rupiah diperkirakan akan diperdagangkan di kisaran posisi Rp15.500 hingga Rp 15.650 per USD,” ujarnya.
Sedangkan Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk alias BCA, David Sumual menerangkan, market akan kembali risk on karena ekspektasi The Fed atau Bank Sentral AS yang cenderung menahan suku bunga di masa mendatang.
Hal ini juga didukung oleh data klaim pengangguran AS.
Tercatat ada kenaikan 1.000 menjadi 220.000 pada awal Desember yang mencerminkan jika ekonomi Negeri Paman Sam itu sedikit melemah.
BACA JUGA:Dolar AS Pulih buat Rupiah Tertekan, Lesu ke Rp15.505
Faktor dari dalam negeri, tidak ada katalis baru dari internal.
“Volume pasar relatif rendah jelang libur akhir tahun,” cetusnya.
Dia memperkirakan rupiah bergerak di kisaran posisi Rp 15.350 hingga Rp 15.600 per dolar USD pada perdagangan awal pekan, Senin (11/12/2023).
Sekadar informasi, pada penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat (8/12/2023), rupiah melemah tiga poin atau 0,02 persen menjadi Rp 15.518 per dolar USD dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.515 per USD.
BACA JUGA:Ditopang Data IPM dan Inflasi, Rupiah Bakal Lanjutkan Keperkasaan?
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia menempatkan rupiah di posisi Rp15.500 per USD dari posisi sebelumnya Rp15.536 per USD.
Adapun indeks dolar AS menguat sebesar 0,21 persen ke posisi 103,76.
Sedangkan mata uang lain di kawasan Asia ditutup bervariasi.
Tercatat, Won Korea menguat 1,39 persen, diikuti yen Jepang perkasa sebesar 0,11 persen.
BACA JUGA:Sektor Manufaktur RI Bangkit, Rupiah Melaju
Adapun yuan China anjlok 0,16 persen, peso Filipina melemah 0,18 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,16 persen.
Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2023 meningkat sebesar US$5 miliar menjadi US$138,1 miliar, dibandingkan dengan posisi pada akhir Oktober 2023 yang sebesar US$133,1 miliar.
Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh penerbitan global bond dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta penerimaan pajak dan jasa.