Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra mengatakan, keputusan pemangkasan suku bunga bank sentral masih bergantung dengan perkembangan inflasi AS yang menjadi target kebijakan suku bunga Fed Fund Rate.
Jika bank sentral memandang inflasi sulit turun ke target 2 persen, maka suku bunga acuan bisa ditahan di level tinggi lebih lama.
Para pelaku pasar banyak yang memprediksi penurunan suku bunga The Fed terjadi pada Mei 2024.
Namun tetap bergantung kepada data inflasi AS," ucapnya.
BACA JUGA:BI Tahan Suku Bunga, Rupiah dan IHSG Malah Terkapar, Faktor Apa Jadi Penyebabnya?
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kata Ariston, juga bergantung pada isu ketegangan geopolitik yang masih berlangsung dan isu pelambatan ekonomi global.
Pasar memperhatikan perkembangan ekonomi besar seperti di AS, Eropa dan Tiongkok.
Sedangkan dari sentimen dalam negeri, Pemilu yang damai dan aman bisa berefek positif terhadap rupiah.
Adapun tren inflasi masih jauh di atas target tahunan bank AS sebesar 2 persen.
BACA JUGA:Pergerakan Rupiah Pekan Depan, Apa Efek Keputusan The Fed Tahan Suku Bunga Masih Akan Berlanjut?
Para pedagang optimis akan penurunan suku bunga.
Dimana diperkirakan peluang lebih dari 70 persen penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) pada Maret 2024.
Untuk informasi, Bank Sentral AS memutuskan menahan suku bunga acuan di level 5,25 - 5,50 persen.
Bahkan, The Fed juga memberikan isyarat untuk memangkas suku bunga acuan setidaknya tiga kali tahun depan.
BACA JUGA:Mantap! Harga Emas Terus Melonjak, Naik Rp31.000 per gram Usai The Fed Isyaratkan Pangkas Suku Bunga
Keputusan The Fed menahan suku bunga acuan ini merupakan yang ketiga kalinya dalam tiga pertemuan terakhir.