"Kami menanggapi tuduhan seperti ini dengan sangat serius dan secara aktif terlibat dengan peternakan untuk memastikan mereka mematuhi standar kami," tulis Starbucks.
Setiap rantai pasokan, terang Starbucks, diharuskan menjalani verifikasi ulang secara berkala.
Pihaknya tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan mitra bisnis untuk memenuhi harapan yang dirinci dalam pernyataan hak asasi manusia global.
Sebelumnya, Starbucks menjadi target dari kampanye boikot lantaran diduga pro-Israel.
BACA JUGA:Salut! Mogok Kerja, Pegawai Pelabuhan Eropa Boikot Pengiriman Cargo ke Israel
Banyak pihak di penjuru dunia yang menyerukan kampanye boikot merk atau produk yang pro atau terafiliasi dengan Israel.
Salah satu merk yang termasuk dalam daftar boikot adalah Starbucks.
Diduga sebagai dampak dari boikot, nilai pasar dan saham Starbucks kerap menunjukkan penurunan akhir-akhir ini.
Dikutip dari Bloomberg, saham Starbucks mengalami penurunan 1,6 persen pada awal Desember lalu.
BACA JUGA:Seruan Boikot McDonald's dan KFC Berhasil di Palembang, Pelanggan Pilih Produk Lokal
Penurunan selama 11 sesi yang berturut-turut merupakan penurunan terlama sejak Starbucks didirikan pada tahun 1992.
Selain itu, nilai pasar Starbucks juga mengalami penurunan hampir US$ 12 miliar.
Selain itu, di beberapa gerai Starbucks di dunia juga berdampak pada aksi boikot ini.
Salah satunya, Starbucks Mesir diduga memecat sejumlah pekerjanya setelah ada kampanye boikot.
BACA JUGA:Aqua Panik Kena Isu Boikot Produk Israel, Beri Penjelasan Begini, Percaya?
Dilansir dari The New Arab, salah satu pekerja Starbucks Mesir mengaku bahwa perusahaan telah memberitahu beberapa karyawan dan pekerja bahwa mereka akan dipecat karena penurunan penjualan yang signifikan akibat aksi boikot.