BACAKORAN.CO - Kamboja adalah sebuah negara di Asia Tenggara yang memiliki sejarah yang kelam dan menyedihkan. Pada tahun 1975-1979, Kamboja mengalami pemerintahan Khmer Merah, sebuah gerakan komunis yang dipimpin oleh Pol Pot.
Pemerintahan Khmer Merah melakukan pembantaian massal, penghancuran sosial, dan penindasan terhadap rakyat Kamboja, yang menyebabkan kematian sekitar 2 juta jiwa.
Bagaimana pemerintahan Khmer Merah bisa berkuasa dan apa dampaknya bagi Kamboja? Berikut adalah ulasan singkatnya.
BACA JUGA:Pemberontakan Dalam Barisan: Seorang Caleg PSI Membelot ke Ganjar-Mahfud
Latar Belakang Pemerintahan Khmer Merah
Khmer Merah adalah nama populer yang merujuk kepada anggota Partai Komunis Kamboja (CPK), yang didirikan pada tahun 1951 dengan dukungan dari Viet Minh, sebuah gerakan kemerdekaan Vietnam.
Para pendiri CPK adalah para intelektual yang mendapat pendidikan di Prancis, yang terpengaruh oleh ideologi Marxisme-Leninisme dan Maoisme.
Pada awalnya, Khmer Merah berperang melawan pemerintahan Kamboja yang dipimpin oleh Pangeran Norodom Sihanouk, yang dianggap pro-Barat dan korup.
Namun, pada tahun 1970, Sihanouk digulingkan oleh Lon Nol, seorang jenderal yang mendirikan Republik Khmer yang pro-Amerika Serikat.
Lon Nol juga terlibat dalam Perang Vietnam, dengan mengizinkan Amerika Serikat untuk melakukan pengeboman besar-besaran terhadap wilayah Kamboja
Hal ini menyebabkan perang saudara di Kamboja, antara Republik Khmer yang didukung oleh Amerika Serikat, dan Khmer Merah yang didukung oleh Vietnam Utara, Viet Cong, Pathet Lao, dan Tiongkok.
Khmer Merah juga bersekutu dengan Sihanouk, yang menjadi pemimpin nominal mereka, untuk mendapatkan dukungan dari rakyat Kamboja.
Setelah lima tahun perang saudara, Khmer Merah berhasil menguasai ibu kota Kamboja, Phnom Penh, pada 17 April 1975.
Mereka menggulingkan Republik Khmer dan mendeklarasikan berdirinya Demokratik Kamboja, sebuah negara komunis yang dipimpin oleh Pol Pot.