BACAKORAN.CO – Jalur Gaza, Palestina luluh lantak dibombardir Israel dalam perang melawan Hamas.
Selain menimbulkan lebih dari 34.000 ribu korban meninggal dunia, invasi Israel ke Jalur Gaza Palestina menyebabkan kerugian materil yang sangat besar.
Sebagian besar bangunan di kawasan permukiman termasuk fasilitas umum seperti sekolah, pusat pelayanan kesehatan, tempat ibadah dan perkantoran tinggal puing-puing, rata dengan tanah.
Dibutuhkan waktu lama dan biaya yang sangat besar untuk membangun kembali Jalur Gaza, Palestina.
BACA JUGA:Iran Bombardir Israel, Hamas Tegaskan Dukungan, Singgung Soal Ini dalam Pernyataannya!
BACA JUGA:Sadarkah Israel, Mereka Tidak Akan Dapat Membasmi Hamas?
Di mana, diperkirakan dibutuhkan dana mencapai US$50 atau setara Rp805 triliun dan memakan waktu hampir dua dekade untuk membangun kembali Gaza.
Hal itu diungkapkan salah seorang pejabat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Abdallah al-Dardari, direktur untuk Negara-negara Arab di Program Pembangunan PBB mengatakan, biaya pembangunan tersebut meningkat secara eksponensial setiap hari selama pertempuran.
Dia juga menyatakan biaya langsung untuk menyediakan tempat penampungan sementara dan layanan dasar lainnya setelah perang berakhir setidaknya akan mencapai US$2 miliar atau Rp32 triliun.
BACA JUGA:Siapakah Saleh al-Arouri; Pemimpin Perlawanan Hamas yang Syahid dibunuh oleh 'Israel'?
BACA JUGA:Saleh al-Arouri, Wakil Biro Politik Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Libanon.
Pernyataan Al-Dardari ini datang setelah laporan Program Pembangunan yang dirilis lebih awal memperingatkan bahwa Gaza bisa mengalami "generasi yang hilang".
Hal ini disebabkan oleh proyeksi penggantian fasilitas yang hancur yang menyediakan layanan kemanusiaan, seperti sekolah dan rumah sakit, juga mungkin memerlukan waktu puluhan tahun untuk kembali ke level sebelum perang.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, jutaan warga sipil telah mengungsi akibat perang yang dimulai setelah militan Hamas menyerang bagian selatan Israel pada 7 Oktober dan menewaskan sekitar 1.200 orang.