Ini terjadi setelah pengambilalihan dana senilai US$ 13 miliar oleh konsorsium yang dipimpin oleh perusahaan ekuitas swasta Japan Industrial Partners (JIP).
BACA JUGA:Tutup Pabrik di Malaysia, Perusahaan Ban Asal AS Ini PHK Ratusan Karyawan
BACA JUGA:Jangan Kendor! Boikot Berhasil, Starbucks PHK 2000 Karyawan
Pengambilalihan ini membuat Toshiba secara sukarela keluar dari Bursa Jepang.
Upaya konsorsium untuk mengubah haluan Toshiba dianggap sebagai ujian bagi ekuitas swasta di Jepang, yang sebelumnya dipandang negatif.
Kejatuhan Toshiba diawali oleh dugaan malpraktik keuangan di berbagai divisi pada tahun 2015. Toshiba dituduh telah melebih-lebihkan laporan
keuntungan sebesar US$ 1,59 miliar selama tujuh tahun.
BACA JUGA:Badai PHK Industri Teknologi Masih Lanjut, Raja Konsol Game Ini Bakal Pangkas 900 Karyawan!
BACA JUGA:Gelombang PHK Terus Makan Korban, Terbaru Perusahaan Sepatu Ternama Ini Pangkas 1.500 Karyawan
Pada akhir 2016, Toshiba melakukan investasi besar dengan mengambil alih proyek pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang dikerjakan oleh AS Westinghouse Electric.
Namun, tiga bulan setelah pengambilalihan, Westinghouse mengajukan kebangkrutan, meruntuhkan harapan Toshiba di bisnis PLTN.
Untuk menghindari kebangkrutan, Toshiba menjual berbagai lini bisnisnya mulai dari telepon seluler, alat-alat medis, hingga barang-barang elektronik rumah tangga.
Mereka bahkan harus menjual bisnis chip memori yang merupakan aset berharga.
BACA JUGA:Badai PHK Terus Menerjang Industri Teknologi, Giliran Cisco Bakal Pangkas 4.250 Karyawan
Pada akhir 2017, Toshiba mendapatkan suntikan dana sebesar US$ 5,4 miliar dari investor luar negeri, yang membantu perusahaan terhindar dari penghapusan paksa dari bursa saham Jepang.