Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben Gvir, bahkan mengancam akan memboikot kegiatan kabinet, jika pemerintah Netanyahu menyetujui gencatan senjata itu.
Ben Gvir juga mengancam akan undur diri sepenuhnya dari pemerintahan.
"Hal yang paling mendasar dan jelas adalah bahwa ketika musuh Anda bertekuk lutut, Anda tidak membiarkan mereka pulih, tetapi sebaliknya Anda bertindak untuk mengalahkan dan menggulingkan mereka," kata Ben Gvir.
Bahkan Menteri Luar Negeri Israel Katz juga menentang penghentian perang melawan Hizbullah.
"Tidak akan ada gencatan senjata di wilayah utara. Kami akan terus berjuang melawan organisasi teroris Hizbullah dengan seluruh kekuatan kami hingga kemenangan diraih dan penduduk wilayah utara dapat kembali ke rumah mereka dengan selamat," kata Katz.
Sebelumnya, Perang Israel makin berkecamuk, tentara Israel dilengkapi dengan senjata lengkap dan bertopeng menyerbu kantor Al Jazeera di Tepi Barat.
Israel memerintahkan kantor ditutup selama 45 hari demi lancarkan serangan tersebut.
Suara tembakan dan gas air mata terus berlanjut di sekitar kantor Al Jazeera di Ramallah di Tepi Barat.
Penggerebekan hari Minggu terjadi hanya beberapa bulan setelah pemerintah Israel melarang Al Jazeera beroperasi di Israel pada bulan Mei.
Perintah penutupan awal itu juga berlaku selama 45 hari, tetapi telah diperbarui dan jurnalis Al Jazeera masih tidak dapat melaporkan dari dalam negeri.
Kepala Biro Tepi Barat Walid al-Omari menyampaikan kekhawatirannya tentang apa yang mungkin dilakukan tentara Israel terhadap kantor tersebut.
“Menarget jurnalis dengan cara ini selalu bertujuan untuk menghapus kebenaran dan mencegah orang mendengar kebenaran,” katanya.
Kantor Media Pemerintah di Gaza menyebut tindakan Israel tersebut sebagai skandal yang memekakkan telinga.