BACAKORAN.CO - Tekanan eksternal picu aksi jual besar-besaran di pasar surat utang negara dan mendorong nilai rupiah ambruk ke level terendah dalam dua bulan terakhir.
Pelaku pasar khawatir dengan ketidakpastian yang meningkat di tengah ketegangan antara Israel dan Iran.
Mereka pun beralih ke aset yang dianggap aman seperti dolar Amerika Serikat (AS).
Akibatnya, mata uang pasar berkembang seperti rupiah, obligasi, dan saham ditinggalkan oleh pelaku pasar yang waspada akan potensi situasi pasar yang memburuk.
BACA JUGA:Investor Tunggu Pengumuman dari China, Rupiah Melonjak ke Rp15.105 per USD, Terkuat di Asia!
Di sisi lain, ketidakpastian politik di Jepang dan kondisi ekonomi China yang lesu semakin menambah tekanan bagi pasar emerging market di Asia.
Adapun rupiah melemah ke posisi Rp15.735 per dolar AS, terendah dalam dua bulan terakhir.
Meski Bank Indonesia (BI) berupaya menahan tekanan dengan menjaga stabilitas rupiah di awal perdagangan hingga sempat mencapai Rp15.714, arus jual tetap terlalu besar untuk dibendung.
Rupiah menjadi mata uang Asia dengan pelemahan terburuk hingga siang ini, melemah hingga 0,60 persen.
Tekanan tidak hanya terjadi di pasar mata uang.
Aksi jual besar juga terjadi di pasar surat utang negara (SBN).
Seperti dilansir dari bloomberg, hingga siang ini, sebagian besar tenor SBN mengalami kenaikan imbal hasil.