BACAKORAN.CO – Masalah keuangan menghantui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Lembaga tersebut diprediksi diprediksi mengalami defisit hingga Rp20 triliun pada tahun ini.
Faktor utama penyebabnya, meningkatnya penggunaan layanan oleh peserta BPJS Kesehatan, atau disebut utilisasi.
Di mana, klaim layanan kesehatan melonjak dari 252 ribu per hari beberapa tahun lalu menjadi sekitar 1,7 juta per hari.
BACA JUGA:6 Cara Klaim BPJS Kesehatan Terbaru 2024, Kacamata, Gigi Palsu hingga Alat Bantu Dengar, Gratis!
BACA JUGA:Penting! Ini CaraCek Status Kepesertaan BPJS Kesehatan dengan Aplikasi Mobile JKN, Sudah Tau?
“Yang menyebabkan defisit adalah tingginya utilisasi, yaitu jumlah orang yang datang ke fasilitas kesehatan menggunakan BPJS,” ungkap Direktur Utama (Dirut) BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti saat di kompleks MPR/DPR, Senayan, Rabu (13/11/2024).
Salah satu solusi untuk menutupi defisit ini, terang Ghufron, adalah menaikkan iuran BPJS Kesehatan.
Namun, ia juga menekankan BPJS Kesehatan masih mempertimbangkan berbagai alternatif lain untuk mengatasi kekurangan ini.
Sehingga kenaikan iuran belum pasti akan dilakukan pada tahun depan.
BACA JUGA:Mutakhir! Ini Aturan Baru Perubahan Tarif BPJS Kesehatan, Intip Detail Iurannya di Sini
BACA JUGA:Ngurus SIM Wajib Punya BPJS Kesehatan Aktif, Ini Opsi Untuk Pemilik BPJS Nunggak Pembayaran
Fokus utama BPJS Kesehatan adalah menyesuaikan pengeluaran dan pendapatan agar tidak terjadi defisit dalam operasionalnya.
"Kami ingin BPJS tetap sehat secara finansial tanpa defisit, dan memastikan pembayaran sesuai dengan inflasi,” katanya.
Inflasi di sektor kesehatan juga cukup tinggi dibanding sektor lain.