BACAKORAN.CO - Suriah terjebak dalam konflik perang saudara yang berkepanjangan selama 14 tahun terakhir.
Presiden Bashar al-Assad berhasil mempertahankan kekuasaannya berkat dukungan dari Rusia, Iran dan Hizbullah.
Namun ketegangan yang terus meningkat akibat keterlibatan Hizbullah dan Iran dalam konflik regional mulai melemahkan posisinya.
Rusia sebagai pendukung utama Assad juga teralihkan perhatiannya oleh konflik dengan Ukraina.
BACA JUGA:PWNU dan PCNU se Sumatera Selatan Tegak Lurus, Tolak MLB. Rais Syuriyah : Jangan Cari Makan di NU
BACA JUGA:Viral! Detik-detik Dugaan Penculikan Wanita di Antapani Bandung Terekam CCTV
Dalam situasi ini pemberontak Suriah melihat kesempatan untuk menggoyahkan kekuasaan Assad.
Sekitar 6 bulan lalu, mereka mengajukan rencana serangan besar kepada Turki dan merasa telah mendapatkan persetujuan diam-diam, menurut dua sumber yang mengetahui rencana tersebut.
Operasi ini dimulai sekitar dua minggu lalu dan dengan cepat mencapai kesuksesan awal dengan merebut kota penting Aleppo, mengejutkan banyak pihak.
Dalam waktu kurang dari seminggu, aliansi pemberontak berhasil mencapai Damaskus dan pada Minggu, 8 Desember 2024, mereka mengakhiri pemerintahan keluarga Assad yang telah berkuasa selama 5 dekade.
BACA JUGA:Heboh! Ibu di Antapani Bandung Diculik Pria Bersenjata Api, Anak Mohon Bantuan dan Polisi Selidiki
Keberhasilan serangan ini bergantung pada beberapa faktor yang menguntungkan pasukan Assad yang kelelahan dan mengalami demoralisasi sekutu utamanya, Iran dan Hizbullah, melemah akibat konflik dengan Israel serta Rusia, yang kehilangan fokus dan minat.
Berikut adalah beberapa kelompok utama yang berperan dalam menjatuhkan Bashar al-Assad:
Hayat Tahrir al-Sham (HTS)
Hayat Tahrir al-Sham adalah kelompok Islamis yang menjadi kekuatan utama dalam pergerakan pemberontak Suriah.
Awalnya dikenal sebagai Front Nusra, kelompok ini merupakan afiliasi resmi al-Qaeda di Suriah dan aktif sejak awal pemberontakan.