Gelombang PHK Makin Menggila, Perusahaan Logistik Ini Bakal Pangkas 12.000 Karyawan

Gelombang PHK terus menghantam dan makin menggila sejak awal tahun 2024, teranyar perusahaan logistik United Parcel Service (UPS) umumkan bakal pangkas 12.000 karyawan.--freepik @Drazen Zigic

BACAKORAN.CO – Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) belum mereda, bahkan makin menggila.

Menghantam sejumlah industri sejak awal tahun 2024.

Setelah sebelumnya banyak perusahaan raksasa teknologi dan pakaian mengumumkan PHK terhadap ribuan karyawannya, kali ini giliran perusahaan logistik United Parcel Service (UPS) yang akan memangkas 12.000 karyawannya.

PHK massal terpaksa diambil guna penghematan biaya sekitar US$1 miliar atau setara dengan Rp15,8 triliun (kurs Rp15.800).

BACA JUGA:Giliran Industri Pakaian Dihantam PHK, Perusahaan Asal Bangsa Viking Tutup 28 Toko, Pangkas 588 Karyawan

Kelompok pekerja yang paling banyak terdampak oleh PHK ini adalah manajer dan kontraktor. Meskipun sebelumnya jumlah karyawan UPS meningkat seiring dengan pertumbuhan bisnis perusahaan, mencapai 540.000 karyawan.

Namun pada akhir tahun lalu, jumlah tersebut turun menjadi sekitar 495.000 melalui pengurangan jam kerja, bukan PHK.

Dari total karyawan, UPS memiliki sekitar 85.000 manajer di seluruh dunia, yang menjadi bagian dari tenaga kerja global yang berjumlah hampir 500.000 karyawan. Perusahaan ini juga memiliki lebih dari 300.000 pekerja per jam di AS yang diwakili oleh serikat pekerja Teamsters.

BACA JUGA:Bukan Didorong Kondisi Ekonomi Dunia, Ini Alasan Sebenarnya Microsoft Lakukan PHK Massal Karyawan!

CFO Brian Newman menyatakan bahwa ini adalah perubahan dalam cara UPS bekerja.

Dengan volume bisnis yang kembali ke sistem, perusahaan tidak memperkirakan lapangan kerja ini akan pulih kembali.

Ini mencerminkan perubahan dalam efektivitas operasional mereka.

PHK ini terjadi bersamaan dengan prospek penjualan yang mengecewakan dari UPS pada tahun ini.

BACA JUGA:Industri Game Tengah Terpuruk, Developer Game Kompak PHK Massal, Apa Saja Penyebabnya?

Gelombang PHK Makin Menggila, Perusahaan Logistik Ini Bakal Pangkas 12.000 Karyawan

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co – gelombang belum mereda, bahkan makin menggila.

menghantam sejumlah industri sejak awal tahun 2024.

setelah sebelumnya banyak perusahaan raksasa teknologi dan mengumumkan phk terhadap ribuan karyawannya, kali ini giliran perusahaan logistik united parcel service (ups) yang akan memangkas 12.000 karyawannya.

phk massal terpaksa diambil guna penghematan biaya sekitar us$1 miliar atau setara dengan rp15,8 triliun (kurs rp15.800).

kelompok pekerja yang paling banyak terdampak oleh phk ini adalah manajer dan kontraktor. meskipun sebelumnya jumlah karyawan ups meningkat seiring dengan pertumbuhan bisnis perusahaan, mencapai 540.000 karyawan.

namun pada akhir tahun lalu, jumlah tersebut turun menjadi sekitar 495.000 melalui pengurangan jam kerja, bukan phk.

dari total karyawan, ups memiliki sekitar 85.000 manajer di seluruh dunia, yang menjadi bagian dari tenaga kerja global yang berjumlah hampir 500.000 karyawan. perusahaan ini juga memiliki lebih dari 300.000 pekerja per jam di as yang diwakili oleh serikat pekerja teamsters.

cfo brian newman menyatakan bahwa ini adalah perubahan dalam cara ups bekerja.

dengan volume bisnis yang kembali ke sistem, perusahaan tidak memperkirakan lapangan kerja ini akan pulih kembali.

ini mencerminkan perubahan dalam efektivitas operasional mereka.

phk ini terjadi bersamaan dengan prospek penjualan yang mengecewakan dari ups pada tahun ini.

perusahaan pengiriman paket terbesar di dunia tersebut memproyeksikan pendapatan global berkisar antara us$92 hingga u$94,5 miliar, di bawah perkiraan analis sebesar us$95,6 miliar.

akibatnya, saham ups merosot 7 persen.

meskipun bisnis ups mencapai rekor tertinggi dalam tiga tahun pertama setelah pandemi, seiring dengan meningkatnya belanja online.

pendapatan pada tahun 2023 turun lebih dari 9 persen, dan ceo ups carol tome merasa pesimistis untuk mencapai rekor tersebut dalam waktu dekat.

faktor-faktor seperti lingkungan makro dan gangguan terkait negosiasi kontrak kerja serta biaya yang lebih tinggi terkait kontrak baru berkontribusi pada kinerja yang sulit dan mengecewakan tersebut.

Tag
Share