bacakoran.co

Ini Sejarah Tentang Warteg, Yang Kini Justru Dilarang Buka Usaha di IKN

Sejarah panjang warteg yang kini dilarang di ibu kota nusantara (IKN) --

BACAKORAN. CO - Warteg, Singkatan dari Warung Tegal, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan kuliner Indonesia.

Yang memiliki akar sejarah yang kuat yang melampaui zaman modern. 

Bahwa sejak tahun 1960-an, Warteg telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. 

Awal mula kemunculannya dapat ditelusuri kembali ke tiga desa di Kecamatan Tegal Selatan, meliputi Desa Sidapurna, Desa Sidakaton, dan Desa Krandon.

BACA JUGA:10 Menu Buka Puasa dan Sahur di Warteg yang Paling Banyak Digemari, Tinggal di IKN Nggak Akan Bisa Beli....

Warteg tidak lepas dari jejak sistem tanam paksa yang diterapkan oleh William Daendels. 


Warteg usaha yang menjamur dilakoni rakyat Indonesia--

Pada masa itu, para pekerja migran dari Cirebon dan sekitarnya sering menikmati hidangan sederhana. 

Seperti nasi dengan lauk sambal, tempe orek, atau ikan asin, yang kemudian dikenal dengan sebutan nasi jamblang

 Di kalangan masyarakat Tegal dan sekitarnya, hidangan tersebut dikenal sebagai nasi ponggol.

BACA JUGA:Jadi Simbol Usaha Kuliner Rakyat Indonesia, Kenapa Warteg dilarang Jualan di IKN?

Setelah kemerdekaan Indonesia, banyak penduduk Tegal yang berpindah ke Jakarta mencari kesempatan baru.

Banyak di antara mereka yang membuka warung makan dengan berbagai jenis lauk.

Yang pada akhirnya menjadi cikal bakal dari apa yang sekarang dikenal sebagai Warteg.

Pada era 1980-an, istilah "Warteg" menjadi semakin populer.

Salah satu Warteg yang terkenal di Jakarta, Warteg Kharisma Bahari, didirikan pada tahun 1996 oleh Sayudi. 

BACA JUGA:Buset...Warteg Dilarang di IKN Dinilai Kotor, Bukti Milik Elite Bukan Rakyat...

Pendirian Warteg ini didukung oleh modal pinjaman dari mertuanya, yang pada awalnya diberi nama MM (Modal Mertua). 

Sayudi kemudian merencanakan untuk menjadikan bisnisnya sebagai sebuah waralaba karena keberhasilan yang tak terduga.

Dalam perjalanan bisnisnya selama lebih dari dua dekade.

Sayudi telah berhasil membangun tiga merek Warteg yang sukses, yaitu Kharisma Bahari, Mamoka Bahari, dan Warteg Subsidi. 

BACA JUGA:Tuai Kecaman! Otoritas IKN Beri Ultimatum, Warga Adat Pindah Dalam 7 Hari, Ini Buktinya...

Saat ini, jaringan Warteg yang dimilikinya telah mencapai 400 cabang di berbagai daerah.

Meskipun sebagian besar menu Warteg tetap setia dengan hidangan-hidangan rumahan yang khas.

Sayudi menyesuaikan sebagian kecil menu dengan permintaan dan selera pelanggan. 

Hidangan-hidangan tersebut dikenal dengan harga yang terjangkau, menjadikan Warteg pilihan favorit bagi berbagai kalangan masyarakat.

BACA JUGA:Penangkapan 9 Orang Petani di Proyek IKN Dianggap Modus Untuk Mengusir Masyarakat, Apakah Perkataan A Benar?

Seiring berjalannya waktu, Warteg tidak hanya tumbuh dan berkembang di Tegal, tetapi juga menyebar ke berbagai daerah dan kota lainnya, termasuk Solo.

Bangunan baru Warteg kini juga dapat ditemukan di sekitar kampus, seperti Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Solo.

Warteg Kharisma Bahari di daerah lain, seperti di sekitar Pabrik Sritex, Sukoharjo, juga mengalami perkembangan yang signifikan.

Dengan luas yang lebih besar, Warteg ini menarik banyak pengunjung yang ingin menikmati hidangan khasnya, khususnya saat waktu makan siang tiba.

BACA JUGA:5 Rekomendasi Buah-buahan yang Sebaiknya Dikonsumsi Oleh Lansia, Bisa Dijadikan Salad atau Juz

Secara keseluruhan, perkembangan Warteg dari masa ke masa telah menjadikannya sebagai ikon kuliner yang tak tergantikan.

Tidak hanya di Tegal tetapi juga di berbagai daerah di Indonesia. 

Dengan tetap mempertahankan cita rasa autentik dan pelayanan yang ramah.

Warteg terus mewariskan tradisi kuliner yang berharga bagi generasi mendatang.

 

Ini Sejarah Tentang Warteg, Yang Kini Justru Dilarang Buka Usaha di IKN

Yudi

Yudi


- warteg, singkatan dari warung tegal, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan

yang memiliki akar sejarah yang kuat yang melampaui  

bahwa sejak tahun 1960-an, warteg telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat

awal mula kemunculannya dapat ditelusuri kembali ke tiga desa di kecamatan tegal selatan, meliputi desa sidapurna, desa sidakaton, dan desa krandon.

warteg tidak lepas dari jejak sistem tanam paksa yang diterapkan oleh william daendels. 


warteg usaha yang menjamur dilakoni rakyat indonesia--

pada masa itu, para pekerja migran dari cirebon dan sekitarnya sering menikmati hidangan sederhana. 

seperti nasi dengan lauk sambal, tempe orek, atau ikan asin, yang kemudian dikenal dengan sebutan nasi jamblang

 di kalangan masyarakat tegal dan sekitarnya, hidangan tersebut dikenal sebagai nasi ponggol.

setelah kemerdekaan indonesia, banyak penduduk tegal yang berpindah ke jakarta mencari kesempatan baru.

banyak di antara mereka yang membuka warung makan dengan berbagai jenis lauk.

yang pada akhirnya menjadi cikal bakal dari apa yang sekarang dikenal sebagai warteg.

pada era 1980-an, istilah "warteg" menjadi semakin populer.

salah satu warteg yang terkenal di jakarta, warteg kharisma bahari, didirikan pada tahun 1996 oleh sayudi. 

pendirian warteg ini didukung oleh modal pinjaman dari mertuanya, yang pada awalnya diberi nama mm (modal mertua). 

sayudi kemudian merencanakan untuk menjadikan bisnisnya sebagai sebuah waralaba karena keberhasilan yang tak terduga.

dalam perjalanan bisnisnya selama lebih dari dua dekade.

sayudi telah berhasil membangun tiga merek warteg yang sukses, yaitu kharisma bahari, mamoka bahari, dan warteg subsidi. 

saat ini, jaringan warteg yang dimilikinya telah mencapai 400 cabang di berbagai daerah.

meskipun sebagian besar menu warteg tetap setia dengan hidangan-hidangan rumahan yang khas.

sayudi menyesuaikan sebagian kecil menu dengan permintaan dan selera pelanggan. 

hidangan-hidangan tersebut dikenal dengan harga yang terjangkau, menjadikan warteg pilihan favorit bagi berbagai kalangan masyarakat.

seiring berjalannya waktu, warteg tidak hanya tumbuh dan berkembang di tegal, tetapi juga menyebar ke berbagai daerah dan kota lainnya, termasuk solo.

bangunan baru warteg kini juga dapat ditemukan di sekitar kampus, seperti universitas muhammadiyah surakarta (ums) di solo.

warteg kharisma bahari di daerah lain, seperti di sekitar pabrik sritex, sukoharjo, juga mengalami perkembangan yang signifikan.

dengan luas yang lebih besar, warteg ini menarik banyak pengunjung yang ingin menikmati hidangan khasnya, khususnya saat waktu makan siang tiba.

secara keseluruhan, perkembangan warteg dari masa ke masa telah menjadikannya sebagai ikon kuliner yang tak tergantikan.

tidak hanya di tegal tetapi juga di berbagai daerah di indonesia. 

dengan tetap mempertahankan cita rasa autentik dan pelayanan yang ramah.

warteg terus mewariskan tradisi kuliner yang berharga bagi generasi mendatang.

 

Tag
Share