Ujian Nasional Kembali? Simak Sinyal dari Menteri Pendidikan dan Tanggapan Pakar
Abdul Mu'ti mengungkapkan rencana penerapan kembali sistem ujian nasional pada tahun ajaran 2025/2026.--
“Ketika dijadikan alat ukur kelulusan siswa dan berlangsung tiga hari, sistem tersebut justru mendorong siswa untuk meyakini bahwa dalam belajar, yang terpenting adalah hasil,” tambahnya.
Ia juga mengkritisi pola pengerjaan soal UN yang hanya mengandalkan jawaban benar atau salah.
BACA JUGA:Kecelakaan Tragis Usai Dugem, Pengendara Minibus Tewaskan Satu Keluarga di Pekanbaru
“Siswa tidak lagi berpikir reflektif maupun evaluatif terhadap sebuah teks soal. Wujudnya siswa lebih banyak investasi waktu untuk mempelajari teknis pengerjaan soal tes dan menghapalkan rumus dan definisi,” tegasnya.
Dayat menyinggung pandangan bahwa UN dapat memotivasi siswa untuk belajar.
Namun, menurutnya, klaim ini belum didukung riset kuat.
“Belum ada riset yang menyebutkan bahwa UN di Indonesia dapat memotivasi belajar siswa,” ungkapnya.
BACA JUGA:Siap Redam Gelombang PHK Massal, Pemerintah Segera Luncurkan Satgas PHK, Ini Target Pembentukannya!
BACA JUGA:Heboh Jokowi Masuk Daftar Pemimpin Korup Dunia Versi OCCRP, Begini Tanggapan Tegasnya
Beberapa studi luar negeri memang menunjukkan bahwa penilaian sumatif (ujian akhir) dapat memotivasi siswa, tetapi dampaknya lemah dibanding penilaian formatif (evaluasi proses belajar).
“Sayangnya, riset tersebut terikat konteks, ruang dan waktu yang berbeda sehingga tidak bisa digeneralisir dalam konteks UN di Indonesia,” jelas Dayat.
Rencana pengembalian ujian nasional ini masih menjadi perdebatan.
Masyarakat dan pakar pendidikan menunggu pengumuman resmi dari pemerintah untuk memahami lebih lanjut bagaimana sistem baru ini akan diterapkan dan dampaknya terhadap pendidikan di Indonesia.