Pada tahun 1714 — 1719 Inggris mendirikan Benteng Marlborough di bawah pimpinan wakil Gubernur England Mdische Company (EIC) yaitu Joseph Collet.
Namun karena kesombongan dan keangkuhan Joseph Collet, begitu Benteng Marlborough selesai dibangun pada tahun 1719 rakyat Bengkulu di bawah pimpinan Pangeran Jenggalu menyerang pasukan Inggris di Ujung Karang dan Benteng Marlborough berhasil mereka kuasai serta Inggris dipaksa meninggalkan Bengkulu.
Peristiwa heroik ini sampai sekarang diperingati sebagai hari jadi Kota Bengkulu.
Namun pasukan Inggris kembali lagi ke Bengkulu dan perlawanan rakyat Bengkulu terhadap Inggris tetap berlanjut.
BACA JUGA:Peringati Kelahiran Yesus Kristus, Di Bengkulu Ada Natal Oikumene 2023
Pada tahun 1807 resident Inggris Thomas Parr dibunuh dalam suatu pertempuran melawan rakyat Bengkulu.
Parr diganti Thomas Stamford Raffles, yang berusaha menjalin hubungan yang damai antara pihak Inggris dan penguasa setempat.
Di bawah perjanjian Inggris-Belanda yang ditandatangani tahun 1824, Inggris menyerahkan Bengkulu ke Belanda, dan Belanda menyerahkan Singapura ke Inggris.
Sejak 1824-1942 Daerah Bengkulu sepenuhnya berada di bawah kekuasaan Pemerintahan Hindia Belanda.
Namun, Belanda baru sungguh-sungguh mendirikan Administrasi kolonialnya di Bengkulu tahun 1868.
Karena produksi rempah-rempah sudah lama menurun, Belanda berusaha membangkitkannya kembali.
Ekonomi Bengkulu membaik dan kota Bengkulu berkembang.
Tahun 1878 Belanda menjadikan Bengkulu residentie terpisah dari Sumatera Selatan dan kota kecil Bengkulu dijadikan sebagai pusat Pemerintahan Gewes Bencoolen.
Setelah Belanda kalah dari Jepang pada tahun 1942 dimulailah masa penjajahan Jepang selama kurang lebih 3 tahun.
BACA JUGA:Bawaslu Bengkulu Akan Semprit Peserta Pemilu Kampanye di Hajatan Warga, Ini Alasannya..