"Ini jelas melanggar prinsip keadilan, kami dipaksa membayar makan siang guru dengan jumlah yang sangat besar. Kami sebagai orang tua merasa tidak mampu dan bingung dengan kebijakan ini," ujar Marlon salah seorang orang tua siswa.
Pada awalnya, pungutan ini bahkan direncanakan mencapai Rp 3 juta per siswa.
Namun, setelah ada gelombang protes dari orang tua, ketua komite sekolah akhirnya merevisi jumlah pungutan menjadi Rp 650.000 per orang tua.
Namun tetap mencakup biaya makan siang guru dan biaya lainnya.
BACA JUGA:Kocak! Netizen Sebut Siswa SD Cuma Suka Jeruknya Aja dari Menu Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran
Ketua Komite SMAN 2 Cileungsi, Astar Lambaga, memberikan klarifikasi terkait isu ini.
Dalam penjelasannya, Astar Lambaga menyebutkan bahwa pungutan tersebut merupakan usulan dari pihak sekolah yang dianggap sebagai kebutuhan mendesak dan tidak tercakup dalam anggaran BOS (Bantuan Operasional Sekolah).
Program yang dimaksud meliputi makan siang untuk guru dan pegawai, pembelian AC, dan biaya tambahan untuk daya listrik.
"Program ini merupakan usulan dari pihak sekolah yang memang tidak terakomodasi dalam anggaran BOS. Komite berperan untuk menggalang dana dari orang tua siswa untuk memenuhi kebutuhan tersebut," jelas Astar Lambaga.
Namun, penjelasan tersebut tidak cukup memuaskan para orang tua yang merasa keberatan dengan alasan yang diberikan.
Mereka mempertanyakan mengapa pihak sekolah tidak mencari alternatif lain untuk pendanaan atau memprioritaskan kesejahteraan siswa terlebih dahulu.
Banyak orang tua yang merasa kecewa dan marah dengan keputusan pihak sekolah.
Karena merasa bahwa dana yang mereka bayarkan seharusnya digunakan untuk kepentingan pendidikan anak-anak mereka.
BACA JUGA:Miris, Siswa di Palembang Dapat Menu Makanan Bergizi Gratis Isi Tahu, Tempe, Sayur dan Pisang!
Bukan untuk memenuhi kebutuhan makan siang guru atau pembelian barang-barang yang tidak mendesak.