Limbah Ini Dulu Diinjak dan Dicacah, Kini Dipakai Pejabat Hingga Terlihat Cantik dan Gagah

Selasa 31 Oct 2023 - 08:07 WIB
Reporter : Dian Cahyani
Editor : Doni Bae

BACAKORAN.CO -- Dulu diinjak dan dicacah kini dipakai pejabat hingga terlihat cantik dan gagah. Begitulah nasib limbah daun buah nanas ( Ananas comosus ) .

 

Ditangan trampil para pengrajin serat daun nanas dan penenenun kain yang ada di Kota Prabumulih Sumatera Selatan, daun buah tropis dari famili Bromeliaceae   yang selama ini hanya di buang sebagai limbah perkebunan, kini bernilai ekonomi tinggi.

 

Serat daun nanas itu dipintal menjadi benang dan kemudian di tenun menjadi kain aneka warna serta menjadi produk kerajinan lainnya.

 

Diketahui, di Kota Prabumulih dan beberapa kabupaten tetangga seperti Kabupaten Muara Enim, Ogan Ilir dan Penukal Abab Lematang Ilir, buah asal Amerika Selatan itu  tumbuh subur.

BACA JUGA:Curhat di Medsos! Kiky Saputri Ngaku Kecewa atas 'Pemotongan Materi' Roasting, Ganjar: Kurang Keras kok

 

Di 5 kabupaten kota itu, umumnya nanas menjadi tanaman sela diantara tanaman karet. Namun ada juga yang menanamnya di kebun  secara khusus.

 

Setelah buahnya di panen, pohon nanas biasanya di cabut, di cacah dan diinjak-injak untuk menyuburkan lahan pertanian. Atau dibiarkan mengering begitu saja.

 

 Peluang inilah yang kemudian di lihat sejumlah petani, pengrajin, pemerintah setempat didukung perusahaan seperti Pertamina. Dengan kolaborasi itu, daun nanas kini bernilai ekonomi tinggi.

 

Kini sejumlah kelompok pengrajin serat nanas dan tenun kain berbahan benang dari serat Nanas mulai banyak di temui.

BACA JUGA:DIBUKA GAIS! 2 Loker di PT Railink Dengan Batas Usia Sampai 30 Tahun, Ini Lho Persyaratannya

 

Salah satunya K elompok T enun S erat N anas Riady yang ada di Rumah Busana Riady, Perum ahan Griya Sejahtera, Jalan Cendrawasih blok E nomor 20-21, Kelurahan Gunung Ibul, K ecamatan Prabumulih Timur, Kota Prabumulih, Sumatera Selatan.

 

Hari itu , Senin 30 Oktober 2023, waktu  sudah menunjukkan pukul 13.30 WIB . Sejumlah wanita terlihat asik dengan alat tenun.

 

Rita Mulyadi (52) Ketu K elompok T enun S erat N anas Riady   terlihat piawai ‘memainkan’ alat pemintal mengolah serat daun nanas menjadi benang .

 

Sesekali, dia terlihat mem indahkan benang sutra berwarna ungu di alat pengintal yang lain untuk dijadikan bahan kombinasi.

BACA JUGA:Kasihan, Puluhan Balita Demam Tinggi Tim Medis Kewalahan, Siapkan Aula Seperti Penanganan Covid

 

Tak memerlukan waktu lama, gulungan benang seketika sudah menebal memenuhi alat pemintal.

 

Wanita yang sudah 27 tahun menekuni profesi sebagai penenun itu terlihat sangat trampil dan cekatan .

 

P rofesi sebagai penenun merupakan menurut Rita merupakan "warisan" budaya dari keluarga nya di Desa Tanjung Pinang, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir .

 

Sesekali, Rita memperhatikan kinerja anggota kelompoknya yang tak kalah piawai. "Sehari, satu anggota bisa menghasilkan 1 meter kain serat nanas , yang dihargai Rp65 ribu - Rp75 ribu permeter," jelasnya.

BACA JUGA:Ternyata Ini Alasannya! Mengapa Kucing Sering Menjilat dan Menggigit Tangan Kita..

Kategori :